ngga jelas

Well, Cuma Akhir Tahun kok…

Hari terakhir di tahun 2010. Begitu lah yang tertulis oleh banyak teman di beberapa garis waktu perangkat sosial media saya pagi ini.

Yes, ini hari terakhir. Lalu kenapa? hihihihi.. :mrgreen:

Buat saya, saya senang tahun ini segera berakhir. It’s been a good one, but it has been absolutely full with running from one thing to the other and major transitions. I’m ready for 2011.

So, Selamat Tahun Baru ya semua… 


At the end of the day you’re another day older
And that’s all you can say for the life of the poor
It’s a struggle, it’s a war
And there’s nothing that anyone’s giving
One more day standing about, what is it for?
One day less to be living.
(At The End of The Day – Les Miserables)

keren!, movie freaks

Elemagika

bersama si Paddle Pop Lion

Minggu lalu, tiba-tiba sebuah undangan masuk ke email saya. Dari produsen ice cream yang ternyata sudah beberapa memproduksi film anak-anak, untuk menyaksikan secara perdana pemutaran mereka yang akan datang. Tentu saja undangan tersebut tidak saya sia-siakan. Setelah sekian lama tidak ada film anak-anak yang proper untuk ditonton Vio di bioskop, Minggu pagi tanggal 12 Desember yang lalu meluncurlah saya dan Vio ke sebuah bioskop di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan. Yay!

film apakah itu?

can't get this out of my head, keren!, Kumpul-kumpul

Guiness Arthur’s Day : LifeHouse

kredit photo : (kiri) saya sendiri, (kanan) suprie

Girls Night Out. Itu lah yang terjadi Sabtu tanggal 4 Desember kemarin itu. Ketika para lelaki memilih menonton sepak bola Indonesia versus Laos, kami para wanita memilih menonton seorang lelaki ganteng lainnya di Epicentrum Walk malam itu.. *halah lebay!* :mrgreen: Jadilah saya, Simbok Venus, Tika, Chika, Dita, Sharon dan Farah berbondong-bondong mendatangi acara Guiness Arthur’s Day malam itu demi sang Lelaki ganteng tersebut… hihihihi  Setelah aksi tunggu menunggu dan ketawa-ketawa heboh di Kopi Luwak, kami akhirnya memutuskan masuk ke dalam venue.

Ada apa di Guiness Arthur’s Day ini? Selain Lifehouse, tercatat ada 3 band lainnya yang manggung di situ, yaitu Pure Saturday, Superman is Dead (SID) dan River Maya.

siapakah lelaki ganteng itu?

Brainstroming ajah!, Curhat Colongan

Children See. Children Do.

Beberapa hari yang lalu, saya nemu video itu di postingannya Ndorokakung, dan somehow bikin saya jadi gimana gitu. Tertohok mungkin ya… Pesan di video itu jelas banget. Children See. Children do. Children imitate behaviour that they see around them : talking on a phone, body language … smoking, violence. Serem!

Lalu saya ingat Vio. Di usia-nya sekarang ini, Vio memang lagi senang-senang menirukan segala sesuatu. Ntah itu kata-kata, perilaku dan lain sebagainya. Contoh paling deket sih, saya punya aplikasi yang judulnya Animal Sound di iPhone saya. Buat mainan Vio memang. Di aplikasi itu ada bermacam-macam jenis binatang lengkap dengan suaranya. Saya sih ngga pernah secara khusus mengenalkan Vio soal suara-suara binatang. Paling ya yang deket sama sehari-hari deh, kayak suara kucing atau ayam. Nah, pas kapan tau, saya lagi bacain buku yang saya baru beli buat Vio. Di situ ada gambar hewan-hewan di kebun binatang. Ada satu hewan saya tunjuk, tiba-tiba Vio dengan lantang mengeluarkan suara persis kayak hewan yang saya tunjuk. Sumpah saya kaget, karena ga nyangka Vio tau suara hewan itu. Waktu saya tanya tau dari mana, serta merta dia menunjuk iPhone saya. *dang*

Bisa tebak hewan apa yang suaranya ditirukan Vio? Gajah, sodara-sodara. 😐 Padahal ya, liat aslinya belum pernah itu anak. *ah mengingatkan saya kalo belum pernah jadi ngajak Vio ke kebun binatang* *doh*

mari ngomongin anak-anak…

Curhat Colongan, Dodolz, ngga jelas

Safe or Sorry?

It’s better safe, or sorry?

Sumpah, susah bener menjawab pertanyaan itu. Ada moment-moment di mana saya memilih “selamat” dari pada “menyesal”. Tapi ada pula yang namanya “taking a risk“. Saya pernah mengajukan satu pertanyaan retoris di twitter : What is worse – Making a big mistake in life, or living the rest of your life saying “if only“? Kebanyakan sih merespon dengan living the rest of your life saying “if only.” Kenapa bikin kesalahan terbesar dianggap lebih baik? Rata-rata menjawab, karena “kesalahan” cenderung termaafkan seiring dengan berjalannya waktu kita memperbaikinya, tapi “menyesal” – ya seperti pertanyaan saya itu – bisa seumur hidup mempertanyakan “kalau saja”. Well, that’s what it’s call : taking a risk.

so, it’s better safe or sorry?