iseng!, ngga jelas

That’s what friends are for :)

Katanya sih, katanya orang-orang gituuuu… smile is the best medicine. Kalo punya temen-temen gila kayak percakapan kami di atas, apakah saya masih harus punya alasan untuk tidak selalu tersenyum…  bahkan sampe tertawa terbahak-bahak?

Hey gals! Thanks for the more-than-20years-friendship we have, and thank you for making my day. I do love you all!

——-

sila meng-klik gambar untuk melihatnya lebih jelas.. :mrgreen:

Curhat Colongan, Dodolz, iseng!, ngga jelas

Just Another Day

She has had a decent morning so far. It’s work day. She has made her list and ready to take on the day. It’s beautiful out and she can’t wait to feel the brisk air when she opens the door…

So, she drove her car, arrive the office, buy a cup a coffee at the mini-market next door, have a little chat with a friend there, back to the office, open the laptop and start working.

…….

…….

…….

It’s 4.21 PM in the evening now… The coffee run cold, and still raining outside.. She wonder where did the morning go.

iseng!, just a thought, keren!

Kartu Lebaran itu…

Lebaran sebentar lagi….

Photo di atas, satu-satunya kartu lebaran yang saya terima tahun ini, setelah bertahun-tahun – mungkin sekitar dua atau tiga tahun belakangan – saya sudah tidak pernah menerima lagi kartu lebaran. Padahal, sekitar tahun 90-an sampai menjelang awal tahun 2000-an, saya masih terima sekitar lebih dari 30-an kartu lebaran setiap tahunnya.

Katanya ini efek tekhnologi dan sosial media. Munculnya telephone selular dulu, sempat membuat kartu lebaran hilang pamor. Tergantikan dengan sms. Tapi masih ada yang berkirim kartu lebaran. Sekarang, rasanya sudah hilang sama sekali. Tergantikan dengan email, BlackBerry Messenger (BBM), Facebook bahkan Twitter. Agak rindu rasanya menerima sebuah kartu lebaran dalam bentuk fisik, bukan kiriman gambar di email, pesan di BBM atau wall di Facebook.

kartu lebaran sekarang ini…

iseng!, ngga jelas

Me vs Mr. Peeves

Saya benci kalo kamu lagi kayak gitu.”
Kayak apa?
“Berleha-leha.”
Gimana caranya kamu tahu kalo saya sedang berleha-leha? Mungkin aja saya lagi berpikir.
“Kamu ga lagi mikir. Kamu lagi ngelamun.”
Saya kira kamu tadi bilang saya lagi berleha-leha.”
“Iya di dalem pikiranmu. Sama aja sih.”
Ah rese. Jadi kamu pengen saya ngapain sih?
“Sana… benerin halaman…”
Aduh, saya bete kalo kamu gitu…
“Apa? Emangnya saya kenapa?”
Itu, kerja kayak orang gila dan berharap saya melakukan hal yang sama.
“Ya kamu ga usah ikut melakukan hal yang sama.. cuma… berhenti menatap!”
Saya ngga tau caranya.”
“Maksudnya?”
Saya ngga tau caranya berhenti menatap. Kayaknya saya harus berhenti berpikir. Eh tunggu! Saya kan lagi ga berpikir. Saya sedang berleha-leha.
“Ngelamun.”
Ya apalah…
Mungkin kalo kamu “berpikir” sambil bergerak, atau fokus sama kerjaan di depan mu itu, atau…. …. Apa?”
Kamu guru terburuk yang pernah saya punya.”
“Eh? Apa?!”
Udah denger kan apa yang saya bilang.”
“Kok bisa kamu ngomong begitu?”
Karena kamu ngga mengajarkan saya apa-apa, kamu cuma mengatakan apa yang harus saya lakukan. Kamu mengatakan kalo apa yang saya kerjakan salah, dan seberapa benar kalo misalnya kerjaan itu kamu yang ngerjain sendiri.”
“Saya ngga begitu.”
Lalu, darimana coba perasaan itu muncul? Perasaan bahwa saya ini terlalu rendah untuk pernah menjadi sukses di mata kamu.”
“… bukan di mata saya. … Marahnya kamu itu bukan kepada saya.”
“…..
Saya tahu. …… cuma kadang-kadang susah untuk membedakannya.”
…………. “Saya tahu”

…….

Kamu tahu apa yang sebenarnya yang paling ngeselin saya dari semua ini?
“Apa?”
Bahwa saya ngga ngerti kenapa saya mendebat kamu, diri saya sendiri, atau
beberapa khayalan lain yang ada di dalam diri saya. Satu hal yang saya tahu, yang tidak pernah berubah, adalah bahwa halaman itu terlihat seperti kapal pecah sampe saya bekerja kayak orang gila di situ. Kamu tahu itu kan?

…….