Brainstroming ajah!

untuk wanita

Saya dapet puisi ini dari seorang teman yang aktivis masalah perempuan itu. Sesuai pesannya lewat email, saya forward lewat blog saja lah. Ngga apa-apa kan Jeung?

Mau membantu menyebarkan? Sila di copy paste yaaaaa…. Terima kasiiiiih

Continue reading “untuk wanita”

Curhat Colongan, lagi mellow

Kemarin, Hari ini, Esok

Di atas dunia yang berputar begitu cepat ini, dimana kadang kala kita sudah memulai percakapan baru dengan orang lain sebelum menyelesaikan percakapan dengan yang lainnya, kita punya kecenderungan untuk menggolongkan seseorang atas hal-hal buruk yang dilakukan mereka – pembohong, penipu, atau whatever – yet we leave it there after we’ve moved on. Kadang kala kita percaya dan bahkan setuju bahwa seorang pembohong dimasa lalu akan selalu berbohong.

Continue reading “Kemarin, Hari ini, Esok”

Brainstroming ajah!, Satir

Tentang Hari Kartini

Disclaimer: Sumpah! Bukannya sok kaum feminis kalo saya bahas ini. Cuma gemessss!

Dulu waktu jaman eSDe sampe eSeMA, yang namanya peringatan Hari Kartini setiap 21 April itu ya hari dimana semua murid cewek disuruh pake kebaya dan konde. Dibarengin dengan segala kegiatan-kegiatan bersifat kewanitaan (dan berlangsung sampe saat ini juga). Liat aja undangan-undangan perayaan hari Kartini itu, baik itu peringatan di sekolah, di kelurahan, atau di instansi-instansi sampe gedung-gedung perkantoran, rasanya sudah jamak melihat segala lomba putri luwes, lomba masak, lomba merangkai bunga, lomba puisi dan lain-lain. Bahkan kalaupun lomba itu ditujukan untuk peserta pria, yang dilombakan juga kegiatan yang berhubungan dengan wanita.

Dulu waktu eSeMA, saya pernah mikir, apa sih tujuannya diadain acara-acara itu? Sekedar merayakan hari ulang tahun ibu Kartini kah? Secara 21 April memang hari lahirnya ibu Kartini. Tapi dengan segala pake kebaya, bersanggul, memasak, merangkai bunga? mewakili stereotipe peran wanita tradisional dalam keluarga di masa ibu kartini kah? Hanya itu? Trus selesai lomba-lombaan itu apa yang didapat? Sekedar hadiah atau piala, dan setelah tanggal 21 April lewat hal itu hilang begitu aja? Lalu kemana semangat Kartini yang sebenarnya? Rasanya kok wanita jaman sekarang kan semakin lama kayaknya semakin jauh dari tipikal wanita tradisional semacam itu. Wanita sekarang sudah menjadi super mom dengan segala keterbatasan, yang juga bekerja untuk menambah penghasilan keluarga (dan secara juga udah sekolah tinggi-tinggi gitu loooh), jadi guru les buat anak juga, jadi ahli ekonomi dan keuangan juga untuk kelurga, jadi juru masak juga… huaaaah…

Continue reading “Tentang Hari Kartini”