Seputar Kedodolan, tukar pikiran

I’m Nobody… or Somebody?

Tulisan ini juga terinspirasi dari sebuah kolom Life Sytle yang secara ga sengaja gue baca di Kompas Minggu, 17 Juli 2007 (lupa euy judul and nama penulisnya….)

Dua malem yang lalu, sepulang ngumpul bareng anak-anak Ladang Hati membicarakan kemungkinan kita mengadakan pelatihan mengenai Mengenal Diri Sendiri, gue jadi tergelitik dengan satu pertanyaan “Siapa Gue??”

Walaupun pemikiran gue ini ga kena berhubungan dengan tema pelatihan yang mau kita bikin itu, tapi pertanyaan “Siapa Gue” keep crossing my mind till I wrote it down in this blog.  Simple question, but really… it’s annoying! Consider gue yang sekarang lagi duduk di ruangan kerja gue di kantor, sambil menulis pikiran ini, di sebuah ruangan sendiri yang ga gabung-gabung dengan orang lain, dengan sebuah identitas jabatan: Chichi, Legal Manager PT. XXX. Wheeeeew… Am I somebody?

Dengan otak capek sehabis meeting dua hari dan dua malem berturut-turut ngebahas hal yang sama dengan masih ada pending issue nya pula, mengingat-ingat kejadian-kejadian waktu meeting dimana pada saat gue berbicara, mengeluarkan pendapat gue, semua peserta meeting melihat gue, memperhatikan every single words I said, mempertimbangkan semua usul dan saran gue… Woooow… again, Am I somebody? Do people look at me coz of my "label"?
   
Then, sebuah pikiran nakal tiba-tiba melintas di otak gue,… gimana kalo jabatan ini dilepas dari gue?

Siapa Gue??

Jadi inget, jaman gue baru lulus kuliah and masih nganggur. Suatu hari, gue maen ke kantor seorang temen yang mentereng di kawasan segitiga emas Sudirman. Begitu nyampe, langsung disambut oleh mbak-mbak resepsionis yang ramah bukan maen menanyakan keperluan gue. Begitu sampe ke pertanyaan “darimana ya Mbak?”, gue speechless. Bingung. Secara ga mungkin banget kan kalo tuh pertanyaan gue jawab “dari rumah”, karena gue tau banget kalo pertanyaan itu lebih berarti “gue ngantor dimana?”.  Akhirnya, gue cuma cengengesan ga jelas sambil bingung bilang.. “hehehe.. saya dari mana ya Mbak?”. Demi mendengar jawaban gue, seketika senyum ramah di Mbak resepsionis itu menghilang diganti dengan tatapan ketus dan curiga yang seolah-olah berkata “ini bukan jam berkunjung untuk maen-maen di kantor orang!”.

Duuuuh….

Dan sekarang… ketika gue sudah dikenal dengan label jabatan gue, ketika berada dibawah nama besar sebuah perusahaan rasanya nyaman banget,… gimana kalo seandainya semua itu saya lepas, ngga ada lagi embel-embel label dan nama besar perusahaan tempat gue bekerja… Again… “siapa gue?”

Penglabelan ini, ternyata baru gue sadar ga sekarang-sekarang aja gue alamin. Udah dari jaman gue baru bisa gaul! Hahahahaha….
Kalo mo nyoba diinget-inget lagi, banyak banget label nama besar di belakang nama gue pada saat itu. “Chichi anak Pusri”, “Chichi Basket”, “Chichi Osis”, “Chichi Cheerleader”, “Chichi anak SMA I”…. wakakakakaka…. Banyak kaaaaan…
Coba deh, seandainya Bokap gue ga kerja di Pusri dan tinggal di kompleks ngetop itu atau seandainya Pusri itu bukan sebuah perusahaan besar, seandai nya Basket dan Cheerleader bukan ekskul ngetop jaman gue SMA dulu yang selalu juara di setiap pertandingan, seandainya SMA I itu bukan sekolah favorit di Palembang, seandainya gue ga tergabung dalam satu komunitas tertentu… Then, Siapa Gue?

Dulu neh, gue bangga banget punya label-label itu. Bangga banget bisa kerja di perusahaan ini. Tapi sekarang, setelah gue pertanyakan terus menerus dari semalem, gue nih bukan siapa-siapa kalo ngga ada label-label superficial itu! Then, apa yang kudu gue banggain! Gue jadi bertanya-tanya, gue ini siapa sih?? Siapa gue di mata gue sendiri dan dimata orang lain? Gimana kalo seandainya gue melepaskan semua label itu setelah sekian tahun gue sandang, kemudian tiba-tiba muncul pertanyaan serupa dengan mbak-mbak resepsionis itu, sementara sudah tidak ada lagi “nama besar” dibelakang nama gue…. How should I answer that? Sumpah belum bisa ngebayangin.

Contoh simple lainnya,… Seandainya Paris bukan lah seorang Hilton… Apa berita dia masuk penjara akan segitu hebohnya? Apa bakal banyak yang kirim bunga ucapan Welcome Home segede-gede gaban begitu dia keluar penjara kemaren? Then, siapa Paris kalo bukan Hilton? Ibukota Perancis?…. wakakakakakaka… =P

Duuuuh, kebiasaan disebut-sebut dengan label jabatan mentereng dan nama besar itu bikin susah ya ternyata… Bikin addicted! Begitu labelnya dicabut, gue sakaw! Nyari-nyari nama besar lainnya, yang bisa bikin gue dapet perlakuan yang sama seperti ketika gue menyandang identitas itu.
Trus gue jadi siapa lagi ya???

Hahahahahahaha…
*cynical*

Elo… siapa??

0 thoughts on “I’m Nobody… or Somebody?”

  1. heee… tayank!!!
    kamu baca kolom yang sama dengan aku di kompas… tapi bedanya, aku ga se responsif kamu dan menanyakan… which label i am… yang terbesit dalam pikiran aku Cuma “Manusia mati meninggalkan nama (baik) nya”… so… mau jadi apa aku nantinya… one sentence cross my tought… Be a family man, enough for me to become the land mark of my legacy… just wanna remember as a good man, a great husband, a real parents… catatan sejarah di sebuah prasati yang aku ukir di silsilah keluarga aku ini yang akan menjadi panutan to all my heritage… the main point is my “sure name” is my “Label”… then… would u be by my side ?? and build the legacy i wish ??

    Like

  2. hii…chi2, gw dah moco (kata wong jowo = baca) gw mah jadi orang ga terlalu mikir2in banget yang gitu2an tsb. diatas bukan cuek lhoh….tapi in the end judulnya puyeng and cape sendiri..you know why…??? ‘coz it happens to me…yaa…jabatan the office manapun itu khan hanya embel2 sama juga klu pake make up… dah mo bo2 mlm khan hrs di clean up..then you look in the mirror…dan flash back dikit aja bandingkan klu pagi2 lagi ber makeup ria… nah tanya dechh..ini gue yaa..? yang mana tuhh…?? yang with or without make up?
    so…berbahagialah sudah menjadi dirimu sendiri…apakah bisa diterima oleh yang lain yaa…it’s up to them…karena sudah jadi hukum alam dalam kehidupan mahluk yang namanya “manusia” bahwa embel2 bin status adalah yang dipuja dihormati dan di-elu2kan..nah kalau yang namanya tadi kamu sebut “gue siapa” sampai terbawa arus lebih cenderung “guwe yang pake embel2” you better watch out!nanti bisa terkena penyakit yang namanya “power syndrome” and ga bisa terima kenyataan klu embel2 status yang bikin kita terbuai dan ngetop dan lupa “gue yang gue” bahwa one of these days akan gone with the win…….masih lumayan klo …GoNe but NOT forgotten
    so…klu gw sich…I want to be myself…dan inilah GUWE or GUE or GUA……and easy goin’ ajalah…be happy enjoy your life what GOD’s gives you..now….
    Life is not easy..why we make it difficult….ciao….
    eghh..mungkin pandangan gw salah x….heheheee…..

    august f.

    Like

  3. chi,kalo gue sih cukup jadi didot aja deh,gak perlu pake jabatan.
    tapi gue juga fleksibel kok,artinya kita hidup di dunia ini memang sudah wajar ada yg melihat kita dari jabatan kita,dilihat gengsinya,otherwise they won’t do business with us.

    so gue aja sekarang pake dua kartu nama,one only with my name ,and the other one ada jabatannya. ini untuk keperluan khusus dengan klien,so they know who they are dealing with (in a matter of job ya? )
    dalam kehidupan sehari2 sih gak perlu lah,i will simply be ‘didot’ for you,hehehe

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s