Pagi ini, ketika menelfon ke salah satu rumah saudara menanyakan sesuatu, seorang keponakan dengan semangat riang gembira bercerita bahwa dia (dan sejumlah teman-temannya) kemaren berhasil ngerjain seorang teman yang sedang berulang tahun dengan mengikatnya di tiang bendera di lapangan sekolahnya dan melempari temannya itu dengan 2 kilo telur, satu kantong tepung terigu, ditambah minyak goreng dan sebotol kecap. Keponakan saya itu umurnya sudah 16 tahun, bersekolah satu sekolah swasta elit nan kapitalis yang masuknya aja sama dengan biaya saya sampai lulus kuliah S2.
Saya miris mendengarnya. Tidak tahu kah dia bahwa di bagian Indonesia sebelah sana ada ibu hamil dan dua orang anaknya yang lain meninggal karena kelaparan, bahwa di bagian Indonesia lainnya ada yang kekurangan gizi alias menderita gizi buruk karena susah makan, atau – apabila lokasi-lokasi tersebut terlalu jauh untuk sampai di telinganya – di perkampungan belakang rumahnya itu banyak warga yang rela ngantri berjam-jam hanya untuk mendapatkan sekian liter minyak tanah untuk memasak.
Continue reading “Kelaparan di Negeri (yang katanya) Agraris ini…”