can't get this out of my head, Curhat Colongan

Same Old Song

boy_meets_girl

Moment lebaran atau datang ke kawinan kerabat gitu memang menyebalkan bagi sebagian orang. Apalagi kalo bukan pertanyaan-pertanyaan “kapan nyusul (nikah), kapan keluarga nambah cucu, udah hamil?, kapan punya anak kedua (ketiga dan seterusnya), kapan mau punya anak cowok (kalo anaknya cewek semua dan pertanyaan sebaliknya kalo anaknya cewek semua), kapan nambah anggota keluarga” dan banyak bentuk variasi pertanyaan sejenis lah. Karena harusnya, based on acceptable circle of life itu kayak gini: –> girl meets boy, falls in love, he proposes, you get married and have a baby, then another baby, and another baby. Kids goes to colleges, boy and girl grow old together.

That’s how it’s supposed to go right?

Masalahnya adalah, which I don’t know what wrong with this society nowadays, hobby banget ngurusin urusan orang, yang kalau ternyata kita ngga sejalan sama that-acceptable-circle-of-life, they gonna judge us. We are wierdo. Period.

Padahal ya ngga juga. Tiap orang tuh harusnya “menulis” ceritanya masing-masing. Dan itu ngga harus sama dengan cerita orang lainnya. I was married, now I’m divorced. Girl met boy, have a kid, girl divorced boy. Started again. New story.

There.

Kenapa juga sih harus sama?

Kenapa juga kalau cerita saya berbeda dengan cerita kamu, kamu dan kamu?

Kenapa hanya liat ujungnya? What’s wrong with something called “process”?

dan terakhir..

Emangnya salah kalau beda? *sigh*

10 thoughts on “Same Old Song”

    1. karena bekerja di rumah tuh dianggap pengangguran, trus kalo tampak berduit dituduh melihara tuyul.

      Atau kalo dalam beberapa kasus, kalo yang cewek dianggap jadi “simpenan” sugar daddy.

      What’s wrong sih with this people? :roll eyes:

      Like

Leave a comment