Curhat Colongan, just a thought, ngga jelas

Penjelajah Waktu

Hujan, senja, secangkir kopi dan Coldplay on my playlist. Sudah cukup amunisi buat saya untuk jadi penjelajah waktu. Travel back in time.

Seperti kalian-kalian yang kapan tau menjelajah waktu di Path dengan komen-komen dan ngasih emot di postingan 3-4 tahun yang lalu milik teman-teman lainnya. Yang mungkin saat itu belum temenan (di path). 😂

Well yes, I’m a time traveler. All the time. I frequently get lost in thought and spend much of my time inside my head. If my immediate reality becomes boring and I’m the outsider, I will retreat into my minds, and you might have to shout my name repeatedly to get my attention. Blame my introvert side, I guess. 😁

Dan sebenarnya ini berbahaya karena ketika kita menghabiskan hampir seluruh waktu kita memikirkan hal-hal yang pernah terjadi, atau mengkhawatirkan dan mengkhayalkan tentang hal-hal yang mungkin akan terjadi suatu hari nanti, kita tidak benar-benar hidup di masa sekarang. Kita tidak pernah berasa “di sini”. Pada detik ini. Saya harus selalu mengingatkan diri saya bahwa kadang-kadang ada yang namanya “sekarang”. Saya harus menarik nafas saya pelan-pelan dan sangat berkonsentrasi dan berusaha untuk tidak berpikir tentang masa lalu atau bertanya-tanya tentang apa yang akan terjadi nanti.

Pernah nonton film About Time? Tentang seorang pemuda berumur 21 tahun bernama Tim Lake yang mempunyai kemampuan special untuk kembali ke masa lalu, tetapi hanya ke waktu dan tempat yang pernah dia lalui dan datangi.

Atau kalo film itu terlalu cewek, salah satu film lain tentang travel in time dan tahun kemaren sempet heboh karena setting masa depannya adalah tahun 2015. Yes, Back to the Future (dan sekuel-sekuelnya). Film time-travel pertama yang bikin masa kecil saya penuh imajinasi.

Kita berimajinasi tentang masa depan, tapi masa depan tidak terjadi seperti yang kita bayangkan.

Kita semua punya rencana-rencana.

Dengan pasangan hidup. Dengan anak-anak.

Dengan karir yang sukses di mana pendapatan tidak lagi menjadi masalah.

Dengan suatu hari Minggu 30 tahun lagi dari sekarang di mana kita sedang membakar daging barbeque untuk untuk makan malam dan cucu-cucu yang lagi lari-lari di halaman. Anak-anak kita dan keluarganya. In both directions.

Karena sampai kita mendengar kata “saya pergi”, semua hal sudah berjalan sesuai rencana.

Kita tidak pernah – bahkan sekali pun – mempertimbangkan sebuah masa depan alternatif. Tidak seperti alternatif menyebalkan – di tahun 1985 di mana Biff adalah ayah tiri kamu, ayah kandung kamu telah dibunuh, dan ibu kandungmu punya payudara palsu yang iyuuuuuh banget – di film Back to the Future. Atau ketika kamu merasa telah menemukan jodohmu and things happen not as the way you want it to be – di film About Time.

Di film Back to the Future II, Marty menggunakan mesin waktu untuk memperbaiki kekacauan yang terjadi untuk membuat masa depan yang lebih baik. Di film About Time, Tim has special ability to travel in time back and forth to fixed the damage and make eveything goes the way that he want it to be including how he met his love life. 

Tapi kita? Kamu dan saya? Kita tidak punya mesin waktu atau kemampuan spesial untuk memperbaiki masa lalu. Satu-satunya perjalanan waktu yang kita lakukan, membuat kita hidup di saat ini.

Kalau ternyata mesin waktu itu ada, atau kemampuan spesial itu nyata, kamu mau kembali ke masa lalu dan memperbaiki beberapa hal? Saya sih iya banget. Well again, blame it to my INTJ side. 😁

16 thoughts on “Penjelajah Waktu”

  1. Ada banyak sih “what if” dan hal-hal masa lalu yang “kalo aku ngga gitu… mungkin sekarang beda”.. Tapi kata copy paste di Path, kata orang yang spiritualis, semua ini sudah terjadi sesuai waktunya yang tepat, dengan jalan yang tepat 🙂 Aku belum bisa meyakini itu sepenuhnya sih, tapi tidak ingin hidup ini berlarut-larut dalam penyesalan..

    Eh iya ada quote yang hari ini muncul 2x dan kayaknya cocok nih: “Past is a good place to visit, but not a good place to stay.”

    Hihi.. mari tetap move on ..

    Like

    1. Aku lebih suka quote Ayah-nya Tim di film About Time deh. Kira-kira kayak gini (ngga hapal banget soalnya):

      You have live each day twice in order to be truly happy: the first time, live it as normal, and the second time, live every day again almost exactly the same. The first time with all the tensions and worries that stop us noticing how sweet the world can be, but the second time noticing.

      Nah, aku pengen gitu. Have the second time to noticing (what is around me on the day I was with the chaos mind). Ahahahahahahahahaha. >.<
      *berubah jadi mutant*

      Like

  2. Kalau ke masa lalu dan ntah gimana ketemu saya saat kita berdua belum berteman, tegur saya dan ajak kenalan ya. Saya gak bakal kaget kok kalo ketemu penjelajah waktu… 😉

    Like

  3. Ketika saya merencanakan masa depan dengan berbagai rencana, seolah-olah saya berimajinasi berjalan di masa depan. namun ketika rencana itu tak terelisasikan di masa depan, seolah-olah saya ingin kembali ke masa lalu dan merubah masa itu…

    Like

Leave a comment