I think that possibly, maybe I’m falling for you
Yes, there’s a chance that I’ve fallen quite hard over you
We all dream of finding the one person who loves the same things we do, don’t we? Kemudian saya mulai berkisah tentang mimpi saya untuk cinta jatuh di sebuah coffee shop, pada secangkir skim latte dan sebuah buku yang tergeletak sembarangan karena ditinggalkan pemiliknya demi sebuah percakapan, beberapa tahun yang lalu.
Selalu hari Sabtu pagi. Pada suatu musim hujan di mana saya bisa memandang rintik-rintiknya dari balik jendela di sebelah sofa yang saya tempati dan menyesap wangi tanah segar yang tertinggal setelah hujan jatuh. Oh well, mungkin suasana yang tidak disengaja terbangun atau fakta bahwa terdapat coffee shop di setiap sudut di kota ini sehingga mungkin saja ada cinta yang nyangkut untuk ikut duduk di sana. We’ll never know, right?
I’ve seen the paths that your eyes wander down, I wanna come too
I think that possibly, maybe I’m falling for you
Saya sering bertanya-tanya bagaimana rasanya melewatkan hidup dari Sabtu sampai ke Sabtu lagi, hanya dengan duduk di seberang seseorang yang sedang menghirup cappuccino sambil membaca koran. Seseorang yang benar-benar bahkan tidak tahu kamu ada, atau mungkin seseorang yang sebenarnya juga sedang mengamatimu dari kejauhan dan diam-diam mengagumi. Tanpa pernah bertukar kata. Namun, suasana tanpa pertemuan kata itu terkadang entah bagaimana bisa datang dikemas dengan gairah misteri yang akan merangkak-rangkak dalam pikiran selama tujuh hari berikutnya. Bertanya-tanya tentang pikiran mereka, mimpi dan bagaimana mereka mengisi hari-hari.
No one understands me quite like you do
Through all of the shadowy corners of me
Ngga salah kan kalo saya ingin tahu, apakah ada yang kemudian menjadi salah satu dari jutaan orang yang tidak memiliki keberanian bertukar kata tersebut, untuk lalu menjabat tangan orang yang – diam-diam – mereka cintai dan memperkenalkan diri.
I never knew just what it was
About this old coffee shop I love so much
All of the while I never knew
Saya memang bukan pencerita yang bisa membuat cerita heboh. Karena selalu di situ lah plot cerita saya berakhir.
Ketika kata “hai” pertama dialunkan ke telinga, saya tidak pernah memikirkan apa yang akan datang setelah jabat tangan pertama – mengenai apakah “kita” akan kemudian bersama, mengenai mimpi “kita” dan bagaimana “kita” akan mengisi hari-hari kita.
If I didn’t know you, I’d rather not know
If I couldn’t have you, I’d rather be alone
Ntah lah. Kita menghabiskan banyak waktu membangun mimpi di kepala. Meyakinkan diri sendiri bahwa kebahagiaan ada di tempat tertentu dengan orang-orang tertentu. Bahwa pekerjaan impian tidak akan ada di luar kota impian. Bahwa kita ditakdirkan untuk sebuah coffee shop, frappucino yang baru diseduh dan senyum hangat. Dan saya berhenti di situ.
Karena ketika kata “hai” yang kemudian saya dengar di telinga saat itu, saya sudah tau, itu adalah kamu. Ya, kamu.
I never knew just what it was
About this old coffee shop I love so much
All of the while I never knew
All of the while, all of the while it was you…
udah lama ngga nulis kayak gini! 😆
LikeLike
@makcik : hae :))
LikeLike
yes?
LikeLike
Aeeeeeeee… Manisnyoooo ceritanyoooo. Bagus bagus.
LikeLike
manis? aku nulisnya ga pake gula deh..
LikeLike
Haaaaiiiiiiii, aku kan Chi?
*ditendang*
Udah lama banget gak ngopi iiiiih. Ohya kalau gue malah ngebayangin gimana ya ngabisin Sabtu ke Sabtu lagi dengan leyeh-leyeh di pantai pasir putih :mrgeen: Hahaha ya gosong deh yaa
LikeLike
pantai itu bisa dinikmati paling lama 3 hari, Ka.. abis itu ya bosen. Kecuali kamu diving atau snorkling 😛
LikeLike
ahhhhhhhhh teteh chichi….
sudah lama rasanya tak melihat alur dan tata bahasa tulisan seperti ini
LikeLike
atuh lah sering-sering ke sini… nanti daku sering deh nulis kayak gini. *kalo ga males*
LikeLike
Aku sering banget kepengen ngalamin yang beginian! Kebanyakan nonton film apa ya? 😕
LikeLike
waktu nulis kalimat itu, aku ngebayangin lagi ada di satu scene sebuah film! 😆
LikeLike
Wah, baru pertama baca tulisan makcik yang kayak gini. 😐
*jadi pingin nulis kayak gini*
LikeLike
kalo gitu kamu harus membaca tulisanku taun-taun 2008-2009, Bram!
LikeLike
Saya ngebayanginnya seperti suasana di eropa sana teh, duduk di sebuah coffee shop dg mantel tebal sambil menikmati harum dan hangatnya kopi, so sweet…:)
LikeLike
ajak-ajak ya Mas..
LikeLike
Bagus, makchic! Aku suka! xD
Ini #30harilagukubercerita ya? Aku nulis tapi cupu.. ( ‘3’)
*ga berani sebar link* x)))
LikeLike
baru tau malah ada #30harilagukubercerita 😆 sini sini. linknya japri ajah! 😀
LikeLike
buseeeeettt… hahaha bagus chic. aku jg udah lama gak nulis yg galau kyk gini 😀
LikeLike
hooh mbok.. butuh kekuatan maha dahsyat buat nulis kayak gitu lagi.. *halah* 😆
LikeLike
owhhh co cwiitt..
tumben kakakkkk nulis model beginii.. hihihihi
lagi romantis tampaknyaaa..
LikeLike
aku tiap hari romantis koooook… 😳
LikeLike
Landon Pigg – Falling in love at a coffee shop. Aku suka lagu iniiiii!
Makchic galau kenapah? #disepak
LikeLike
eh ini postingan emang galau pow? bagian mana yang galau coba?
LikeLike
lagunya galau… *minum kopi*
LikeLike
artikelnya menarik menarik ya sista.. salam knal dari unikgaul.com 😛
LikeLike
wah mak chic….
tulisan yg ini bagus…. elegant…. kata demi katanya menarik. Hal simpel bisa jadi bagus dan dibawakan dgn gaya yg tidak lebay…
*eh tapi itu beneran coffee shop atau?! sang suam…. ah sudahlah *dikapluk
LikeLike
beneran coffee shop doms ah… *kaleum*
*ngemil kitkat green tea*
LikeLike
manisnya ceritanya…
bikin kepengen ngeblog lagi….
LikeLike
serasa baca bukunya Seno Gumira Ajidarma. Penyajiannya sangat mirip. Serasa di bawah mengkhayal ke alam yang penuh misteri.
love it so much!
LikeLike
I agree with the parts I can read in English hehe, Me, I’m having a love affair with dark chocolate – though travel is still my first and greatest love. 🙂
LikeLike
Claire! Hi! 😀 use the google translate instead! 😆
so how’s life in Manila?
actually the story above is about my wandering to be falling in love at the coffee shop to a stranger… hahaha.. some kind of cheesy, no? 😛
or regarding to the last travelling we did, should I replace it with fall in love in the ice cream shop, perhaps? like The Blue Pumpkins? 😆
LikeLike
Nah – falling in love in a coffee shops sounds better. 🙂
LikeLike
Aiiihh….
LikeLike
bisa ke entri ini karena entri di blog ndorokakung tapi komentarnya tertinggal disana 😀
LikeLike
wooooh… 😀
LikeLike
ndoro telat ah! pasti jarang blogwalking.. #eh
LikeLike
aku suka tulisan chichi yang kayak gini 😛
LikeLike
tapi aku belum bisa menulis kayak kamu hanyiiiiiiii… 😆
LikeLike
loh kamu kan sudah keren menulis kayak chichi bukan kayak hanyiii :))
LikeLike
lagi bored banget … jadi ingat tulisan yang ini.
baca dulu…
LikeLike
wiiih seneng deh tulisan gue bisa menghilangkan kebosananmu Fis! :))
LikeLike
habis baca ini, jadi pengen deh 😦
LikeLike
skim latte hmmmm yummyyyyyy
LikeLike
keren, nulisnya harusnya pakai gula ni?? bisa manis gini
LikeLike
sepertinya perlu mulai mencari cinta di coffee shop ni 🙂
LikeLike
wooww keren,
kopi yang sangat romantis. hehe
LikeLike