Brainstroming ajah!, Curhat Colongan

Children See. Children Do.

Beberapa hari yang lalu, saya nemu video itu di postingannya Ndorokakung, dan somehow bikin saya jadi gimana gitu. Tertohok mungkin ya… Pesan di video itu jelas banget. Children See. Children do. Children imitate behaviour that they see around them : talking on a phone, body language … smoking, violence. Serem!

Lalu saya ingat Vio. Di usia-nya sekarang ini, Vio memang lagi senang-senang menirukan segala sesuatu. Ntah itu kata-kata, perilaku dan lain sebagainya. Contoh paling deket sih, saya punya aplikasi yang judulnya Animal Sound di iPhone saya. Buat mainan Vio memang. Di aplikasi itu ada bermacam-macam jenis binatang lengkap dengan suaranya. Saya sih ngga pernah secara khusus mengenalkan Vio soal suara-suara binatang. Paling ya yang deket sama sehari-hari deh, kayak suara kucing atau ayam. Nah, pas kapan tau, saya lagi bacain buku yang saya baru beli buat Vio. Di situ ada gambar hewan-hewan di kebun binatang. Ada satu hewan saya tunjuk, tiba-tiba Vio dengan lantang mengeluarkan suara persis kayak hewan yang saya tunjuk. Sumpah saya kaget, karena ga nyangka Vio tau suara hewan itu. Waktu saya tanya tau dari mana, serta merta dia menunjuk iPhone saya. *dang*

Bisa tebak hewan apa yang suaranya ditirukan Vio? Gajah, sodara-sodara. 😐 Padahal ya, liat aslinya belum pernah itu anak. *ah mengingatkan saya kalo belum pernah jadi ngajak Vio ke kebun binatang* *doh*

Itu baru dari iPhone, yang mengingatkan saya juga untuk tidak memasang aplikasi aneh-aneh di situ. Belum dari tontonannya di televisi. Saya memang belum membatasi jam nonton televisinya Vio. Diluar jam makan dan jadwal tidur, Vio masih bebas nonton tv. Yang saya batasi adalah program apa yang boleh Vio tonton. Untungnya masih punya rejeki lebih untuk pasang tivi berbayar, sehingga saya bisa menghindari tayangan tv lokal. Well, silahkan bilang saya sok, tapi buat saya kualitas tayangan tivi lokal itu memprihatinkan. Oke, beberapa stasiun memang punya acara khusus anak-anak. Tapi apakah iklan-iklan yang tayang di sela-sela acara tersebut sesuai dengan anak-anak? Apakah yang acara ditayangkan benar-benar untuk anak-anak? Sorry to say, tapi jawabannya buat saya adalah tidak. Beberapa kali saya melihat iklan-iklan yang “ngga banget”, ada di sela-sela acara anak-anak. Ada beberapa film kartun, yang dari negara asalnya sana sebenernya ber-rating “remaja”, tapi di sini  jadi tontonan anak-anak.

Let’s say kita-kita si orang tua ini berkelakuan baik di depan anak-anak kita, ga kayak yang terjadi di video di atas itu. Tapi kita ngga pernah tau apa yang anak-anak kita dapat dari hasil menonton televisi atau film di bioskop. Dan ketika anak-anak ini menonton acara yang tidak sesuai, lalu mereka meniru-niru apa yang mereka tonton, sehingga mungkin malah jadi petaka (inget kasus anak yang meninggal gara-gara smack down?), ini tanggung jawab siapa? Salah stasiun televisi atau bioskop yang menayangkan acara itu, atau salah orang tua-nya yang tidak mematikan televisi atau mengganti dengan channel lain dan tidak melakukan pendampingan pada saat acara berlangsung?

Di kasus saya sendiri, saya memang tidak bisa pendampingan Vio terus menerus selama menonton tivi. Keterbatasan saya sebagai pekerja yang hanya bisa ada di rumah waktu malam. Yang bisa saya lakukan ketika saya tidak ada di rumah adalah mengunci semua channel yang tidak sesuai untuk tontonan Vio – berterima kasih banget atas adanya fasiltas parental lock di tivi saya – dan mewanti-wanti si Mbak untuk tidak menyetel stasiun tivi lokal selama Vio masih melek. Untungnya si Mbak bisa dipercaya. Saya ngga tau deh apa jadinya Vio kalo terpaksa nonton s(h)itnetron, meskipun s(h)itnetron itu “katanya” buat anak-anak. 😐

Masih banyak kasus-kasus lain di mana si anak terpaksa menonton tontonan ga sesuai umur atau tontonan yang bener-bener yang ada kualitasnya sama sekali dan meniru perilaku yang dilihatnya di tontonan tersebut, misalnya berbuat kasar, mencelakai teman ataupun mengejek dan menghina orang lain.

Ngomongin pendampingan saat menonton tivi, ini pun jadi masalah. Orang tua mestinya ga cuma mendampingi, tapi juga ikut memperhatikan isi tayangan dan memahami pesan di dalamnya. Banyak contoh yang saya lihat di mana orang tua yang “katanya” mendampingi si anak nonton tivi, tapi kenyataannya adalah si anak menonton, tapi si orang tua yang disebelahnya asik mainan laptop atau BB. Jadi yang mendampingi cuma badannya doang. 😆

Padahal sih ya, atas nama tiru meniru yang dilakukan anak-anak itu, yang namanya dikasih pengertian mengenai tontonan yang dilihat itu penting banget. Ngga banget kan kalo yang terjadi adalah si anak malah meniru penjahatnya ketimbang jagoannya karena berasa si penjahat lebih keren daripada si jagoan, cuma gara-gara si anak ga ngerti apa yang dia tonton. 😆

Ah ya, kalo sudah kayak gini saya bener-bener merindukan tayangan anak-anak jaman saya masih kecil. Jaman waktu tayangan film dan televisi ga ada yang aneh-aneh semacam setan porno itu.. hihihihi… Hari gini, tayangan berkualitas itu barang langka! Ga punya nilai jual alias ga ada duitnya kali yaaaa…

Kalo kalian, pengen tontonan anak-anak yang kayak apa sih? Boleh loh di share di sini 😀

36 thoughts on “Children See. Children Do.”

  1. *melototin jadwal-jadwal film di bioskop*
    oh my… bahkan Rapunzel pun ratingnya Remaja, tapi banyak anak-anak yang bukan usia remaja yang nonton.. 🙄

    Like

  2. pantes.. sekarang vio kaya ibunya… *lari lari kecil*

    setuju banget… ya mending bayar mahal buat sewa tv berbayar deh, dibanding bayar mahal untuk rehabilitasi anak 😀 atau gak ngeluarin anak dari rumah sakit, atau gak *lebih parah lagi* ngeluarin anak dari penjara.. amit2 deh…

    semoga nanti vio mirip gue ya makchic…
    *peluk2 makchic*

    Like

  3. Keponakanku yg umur tiga tahun hobinya nonton channel Cebabies itu (atau apalah namanya). Tapi kalau aku sih, pengen nonton Doraemon lagi, Saint Seiya, Sailormoon, dan yah kartun2 lain waktu aku kecil duluuu…

    Like

  4. si orang tua yang disebelahnya asik mainan laptop atau BB. Jadi yang mendampingi cuma badannya doang …

    Saya tersenyum membaca yang ini ChiC …
    Postingan ini saya jadikan pengingat … walaupun anak-anak saya sudah remaja … tetapi yang namanya pendampingan itu masih tetap perlu sangat

    Salam saya ChiC

    Like

  5. miris ngeliatnya, kadang org tua justru nyalahin anaknya kalau mereka berkelakuan kurang baik. Harusnya sikap anak justru dijadikan introspeksi dari sikap org tuanya. Mereka tidak akan melakukan sesuatu tanpa mencontoh org2 disekitarnya, bagaimanapun juga, sikap baik mereka adl tanggung jawab kita.

    Like

  6. bener banget, children see children do. anak itu peniru yang hebat. maka kita juga harus jaga perilaku supaya nggak dicontoh anak.
    soal tontonan yang miris itu, film macam setan pocong yang sudah jelas untuk dewasa masih bisa ditonton anak dan remaja selama mereka mampu bayar tiket *bejekbejekpengelolabioskopyangmauuntungaja*

    Like

  7. temen-temen di kantor juga gitu, Mak.. mending pasang TV kabel daripada anaknya nonton sinetron..

    Lha keponakanku sendiri aja ngomongnya jadi ala telenovela kok, padahal cuma ditanya sama Bundanya, mau pake baju warna apa, pink atau biru. Jawabnya : “entahlah Bunda, aku bingung..” *owalah*

    Atau, gara-gara abis nonton film horor yang ada bunuh-bunuhannya dia bilang gini sama Mbaknya : “Mbak, mbak mau mati nggak? Sini masuk kulkas..”

    😮

    Like

  8. bener banget sampeyan mbak, anak-anak adalah peniru yang baik, buktinya anak saya ngomongnya amat sangat niru gayanya Mr Maker yang di tipi inggris itu 😆

    saya sih diemin aja, nanti juga berubah, mungkin jadi niru detektif OSO, terserahlah, yang penting jangan niru pisuh-pisuhan waktu adegan sinetron rebutan warisan.

    iklan di film kartun anak-anak yang di tipi lokal kita juga aneh-aneh mbak, yang terakhir saya liat: iklan layanan SMS premium. jiyan! 😈

    Like

Leave a comment