Akhir bulan lalu, saya menerima undangan launching sebuah buku dari seorang teman. Buku tentang Cinta, begitu lah katanya. Melihat nama pengarang yang tercantum di sampul depan buku itu, tentu saja bikin penasaran. Di tambah bonus VCD sebuah lagu di mana di tengah-tengah lagu tersebut seorang WS. Rendra sampai mau menyumbangkan sebuah puisi yang ditulisnya sendiri, harusnya isi buku ini adalah “sesuatu”. Ya begitu lah saya pikir 😀
Ternyata, buku yang berjudul Satu Cinta Sebait Syair Kebenaran tersebut bercerita tentang pengalaman spiritual, yang diceritakan seorang Connie Constantia, penyanyi kondang tahun 80-an dulu (ah ya saya masih eSDe waktu itu.. hihihihi ). Pengalaman religius kalo menurut saya sih, karena berhubungan dengan pengalaman hidup Connie dalam menemukan sebuah keyakinannya akan Tuhan dan sebuah pencerahan rohani. Meski ia sendiri selalu bertanya-tanya, pesan apa yang ingin Tuhan sampaikan pada-Nya? Lalu, siapakah dirinya sehingga ia terpilih untuk melewati peristiwa ini?
Dimulai dengan mengalami trance hebat sampai 6 hari. Beberapa teman dekat pun menganggap Mbak Connie sudah gila. Tapi masa itu Mbak Connie malah bertemu dengan Tuhannya. Berbicara, mendapatkan pesan-pesan. Bahkan berperang dengan ketakutan dan kesakitannya sendiri. Pengalaman tersebut membuat Mbak Connie merasa terlahir kembali sebagai manusia baru. Meskipun masih belum menemukan jawaban yang menenangkan terhadap hakikat peristiwa yang dialaminya. Namun entah apapun maknanya, toh pada akhirnya, setelah pergulatan sekian belas tahun, Mbak Connie memilih menulis buku ini dan menyampaikan semua pesan yang diterima dari-Nya itu. Apa adanya.
Apa isi pesan-pesan-Nya itu? Ah saya tidak akan membicarakannya di sini. Silahkan mencari buku itu di toko-toko buku terdekat. Pesen on-line juga bisa kok…
Membaca halaman per halaman buku tersebut, tiba-tiba saya teringat pada sebuah yang kapan tau itu saya tonton, The Invention of Lying. Film ini sederhana, bercerita tentang dunia yang sama persis seperti sekarang ini – dengan hanya satu pengecualian – semua orang selalu mengatakan kebenaran. Sampai kemudian ada salah satu warga dunia di dalam film ini tiba-tiba menemukan bahwa dia bisa mengatakan hal bohong dan tertarik untuk kemudian menguji hal tersebut. Ya typical lah ya film-film romantic comedy lainnya, dia menggunakan kemampuan tersebut untuk keuntungan pribadinya. Awal-awal menyenangkan, lalu lama-lama dia malah keribetan sendiri. So, this guy kemudian memakai kemampuannya berbohong tersebut untuk membuat orang-orang merasa lebih baik dan memiliki harapan. Lalu terciptalah istilah “The Man in The Sky” beserta Ten Commandement-nya, yang bertanggung jawab untuk hal-hal yang baik & buruk yang terjadi di dunia ini, bagaimana aturan-aturan hidup, apa itu karma dan balasan bila berbuat jahat, dan juga bagaimana kehidupan sesudah mati. Dan bahwa dia adalah utusan si “The Man in The Sky” tersebut untuk menyampaikannya kepada umat manusia. Orang-orang percaya? Tentu saja. Ingat, di film ini warga dunianya tidak terbiasa mendengar kebohongan, dan bahwa apa pun yang dikatakan setiap orang adalah benar.
Sungguh menarik bagaimana penemuan bohong ini berkorelasi dengan agama. Film ini membuat saya tertawa sekaligus termenung. Sekaligus juga bisa melihat bahwa akan ada pihak-pihak yang mungkin kemudian akan menjadi offensif. Sama persis dengan buku-nya Mbak Connie ini. Karena di buku ini, Mbak Connie tidak membuat suatu kesimpulan yang salah dan benar. Beliau hanya berbagi pengalaman yang luar bisa untuk beliau, dan mempersilahkan pembaca menyimpulkannya sendiri.
So, did God crate the brain, or the brain create God? Ah saya pikir itu semua tergantung pada seberapa nyaman kita dalam keyakinan kita sendiri… Kalo kita masing-masing ini punya satu cinta terhadap sesama, rasanya dunia ini akan damai-damai saja, apapun pilihan kepercayaannya.
ah ya… topik berat…
*ambil wudhu*
LikeLike
*ikutan Chichi sholat ashar*
LikeLike
ah saya suka The Invention Of Lying, sinis abis. Tapi Ten Commandement nya kok di bungkus pizza ya? *malah bahas filmnya* 😆
LikeLike
jadi minggu ini kita nonton film apa Des?
*nunggu review Desti*
LikeLike
Saya sudah punya buku tersebut. Sungguh mengerikan membaca pengalaman teh Conny. Apakah harus semengerikan seperti itu ketika seseorang mendapat semacam anugerah dari Yang di Atas?
LikeLike
seinget saya sih, Nabi Muhammad juga mengalami demam hebat di Gua Hira waktu menerima wahyu pertamanya… Mbak/Jeng/Kang/Mas…?
*maafkan ingatan terbatas*
*iki sopo toh?*
LikeLike
Saya jadi penasaran dengan isi ceritanya? kasih bocoran dikit donk..he,
LikeLike
beli aja bukunya Mas 🙂
LikeLike
Keren!!!
Suatu sajian yang luar biasa, ketika penikmat bisa terenyum bahkan tertawa dalam kondisi merenungi. Termenung maksudnya 😀
LikeLike
ini kamu komentar buku atau film? 🙄
*keplak Zia*
LikeLike
jadi Connie Constantia itu temanmu? *jadi tahu angkatan mak chic*
*ditendang*
LikeLike
*lempar bom ke Chika*
😈
LikeLike
hmm… terkadang sulit untuk diterima akal sehat tentang hal-hal yg dialami mbak Connie. Hal2 seperti itu antara ada dan tiada.
LikeLike
jadi kamu udah baca bukunya belum Mbak? Biar ditanya-tanya di twitter ga cuma sayah gitu…
*uyel-uyel Mbak Wiek*
LikeLike
topiknya dalem bin berat e makcik,
soal keyakinan, dikembalikan pada tujuan kita meyakini-Nya
untuk apa, dan buat siapa,
betul ?
LikeLike
kira-kira begitu deh om
LikeLike
Pencerahan rohani memang bisa datang dengan segala macam cara. Ada yang dengan ‘dikagetin’ macem kena ‘trance’ begini, ada juga yang mendadak sadar bahwa hidupnya udah banyak diberkati, dan sudah waktunya tobat 🙂
Belum nonton ‘The Invention of Lying’ dan jadi penasaran. Soal Tuhan, sekarang saya lagi coba nyelesain baca ‘History of God’ Karen Armstrong. Menarik, walau agak capek buat otak yang sibuk dikejar deadline!
LikeLike
sebentar ini ngebahas apa toh ?
LikeLike
ngebahas Tuhan Prie 🙂
LikeLike
The invention of lying? Setipe sm itu ceritanya? Sepertinya menarik. Pinjen bukunya dong, kakak..
LikeLike
beli dong Mbooooook… 😆
LikeLike
owh,
kayanya pertanyaan terakhir itu kaya pertanyaan chicken egg yah. Hihihihihi emang rada ribet.
Waktu kuliah gw sering denger “Tuhan itu ada karena kita berpikir Dia ada”. Well gw bingung jawab nya hahahahaha.
Btw, tahun 80 itu lo dah sd ? hmmm…
LikeLike
laku gitu kok ???
*nerusin liat pilem*
LikeLike
apanya yang laku Yud?
*lirik jumlah komen postingan lain*
LikeLike
malah tertarik buat nonton filmnya,bukan bukunya 😀
LikeLike
Mungkin baca dulu bukunya baru nonton filmnya buat perbandingan
LikeLike
Hehehe, postingan ini memicu percakapan yang seru di Twitter! Thanks ya! 🙂
LikeLike
Hahahaha.. Thx Ney sudah ikut membahas!
Kapan-kapan tak bawain deh bukunya 😛
LikeLike
So many things we learn from the old story of our superior, that was good… and its damn good, eh kok malah ngingrris
LikeLike
Nice Article, inspiring. Aku juga suka nulis artikel bidang bisnis di blogku : http://www.yohanwibisono.com, silahkan kunjungi, mudah-mudahan bermanfaat. thx
LikeLike
seru abiz neh buku…mksh ya infonya…selain buat kita ga jd fanatik..buku ini jg banyak memberi motivasi utk selalu bersyukur dan ga boleh gampang nyerah dlm menghadapi kesulitan? asik coy
LikeLike