Kebiasaan bercakap-cakap melalui text-talking dan internet-speaking secara tidak sadar sering kali membuat kehilangan rasa untuk mengucapkan kata ‘Terima Kasih’ dan ‘sama-sama atau terima kasih kembali’ secara verbal. Atau bahkan, saking seringnya diucapkan, kata-kata itu seperti kehilangan makna kesungguhnya dan hanya merupakan basa basi belaka. Padahal mengucapkan kata-kata tersebut tentulah sudah diajarkan sedari kita masih balita.
To recall the last time I thanked someone is like asking me to recall the last time I breathed. I do my best to thank anyone anyday, even if what they do is simply their job. Saya berterima kasih kepada tukang parkir kantor saya karena membantu saya memarkir mobil, kepada OB saya karena membawakan minuman, kepada petugas yang membantu saya menaruh belanjaan saya ke mobil, kepada waitress yang membawakan makan siang saya, kepada cleaning services yang sedang membersihkan ruangan saya, kepada seseorang yang telah menahan pintu lift agar saya bisa ikut naik tanpa menunggu lift berikutnya.. I want to let people know that they matter and what they do matters, and that I at least am grateful.
Hanya saja lalu saya berpikir, adakah saya mengucapkan kata itu dengan tulus karena saya betul-betul terbantu, ataukah saya ini hanya menjalankan kewajiban saya mengucapkan kata ‘terima kasih’ yang sudah terprogram sejak kecil itu karena saya tau bahwa mereka memang sudah seharusnya mengerjakan hal-hal tersebut sesuai dengan tugas mereka? Apakah ucapan ‘sama-sama Mbak/Bu’ yang keluar dari mulut mereka pun betul-betul tulus karena mereka menyukai ucapan terima kasih saya, atau karena memang kata-kata itu sudah terprogram tanpa makna untuk menjawab kata ‘terima kasih’? Bahkan tak jarang ucapan terima kasih saya pun hanya dibalas dengan senyuman sekilas, dan lagi-lagi tanpa makna.
I was brought up fairly well and have always had good manners especially to people whom ought to be respected. I may not say ‘Thank You’ all the time, but I do show recognition by saying things like ‘You’re an angel…’ or some other term of endearment. But hey, kalo diucapkan dengan tulus, bukan kah itu lebih baik ketimbang mengucapkan terima kasih basa basi?
Terus terang saya tidak bisa membedakan mana ucapan terima kasih yang benar-benar tulus dan tidak. Seperti yang telah saya sebutkan di atas, kata-kata tersebut sudah terprogram sejak kita kecil sehingga rasanya seperti kehilangan makna. Tapi saya percaya masih ada rasa terima kasih dan ber-terima kasih kembali yang benar-benar tulus, dan mudah-mudahan saya tidak salah. Atau saya harus kembali pada kalimat “nothing such free lunch“?
jadi, kapan kamu terakhir kali mengucapkan ‘terima kasih’ dan ‘sama-sama’ dengan tulus? 🙂
LikeLike
Thanks for ur nice posting chic
LikeLike
Wah, kapan ya ucapan “terima kasih” tulus itu meluncur keluar dari mulut saya? Hmmmm (thinking)
Sama lupanya kapan saya terakhir kali berkunjung ke sini … hehehe … perasaan dah lama
LikeLike
err…nggak kepikiran sampe kesitu mbak chic..bener,,seperti sudah template 😛
LikeLike
ko bisa kepikiran ya???
LikeLike
seperti yang ditulis dalam postingan ini, kata ‘terima kasih’, ‘sama-sama’, ‘kembali kasih’, bahkan kata ‘maaf’ pun sepertinya terlontar dari mulut kita lebih karena alasan sebuah kepantasan, sudah sepantasnya kita mengucapkan itu saat dibantu.
tapi saat kata-kata itu diucapkan dengan ekspresi wajah yang mendukung, misalkan mengucapkan terimakasih dengan senyuman yang manis, atau mengucapkan maaf dengan ekspresi wajah yang menyesal, mungkin itu salah satu cara mudah menilai ketulusan meski tidak mutlak, karena hanya yang bersangkutan yang tahu pasti mengenai hal itu 🙂
LikeLike
mengucapkan terima kasih sudah jadi kebiasaan dari kecil, chic. otomatis terlontar begitu saja. tentang tulus/nggaknya, saya nggak tau. mudah2an saja iya 😀
LikeLike
Baru saja aku mengucapkan terima kasih ke Mba2 yang jualan warteg depan kosan. 😀
LikeLike
saya lupa kapan terakhir kalinya karena saking seringnya bilang hal2 tersebut..
LikeLike
ya bener chi,kadang kata2 yg terlalu sering diucapkan jadi kehilangan maknanya. bahasa verbal pun sangat berpengaruh terhadap kata2 itu sendiri 🙂
LikeLike
IMO, ucapan terima kasih *disambung apa dipisah yah* cuma awal. Rasa terima kasih yang sebenarnya, ditunjukan dengan sikap perbuatan kita, dengan mengingat mereka yang telah membantu kita, dan dengan membalas budi mereka.
Agak lucu juga, kalau misalnya setelah berterima kasih pada OB yang sudah membantu kita parkir, 5 menit kemudian kita berteriak marah karena dia belum menyediakan air minum kita di meja 😀
LikeLike
bahkan sama seperti kata maaf. untuk masyarakat dg norma2 yg penuh dg rasa sungkan, maka kata maaf sering sekali diucapkan untuk hal2 yg kadang ga perlu diucapin.
aku pernah diketawain krn bilang maaf, katanya, “lho kamu salah apa, mo tidur duluan aja kok pake maaf. sana tidur aja”
😛 😛 😛
LikeLike
tulus apa ngak itu sih, ngak ada yg tau kecuali kita… 😉
kapan ya terakhir? 😀 hehe
LikeLike
Alhamdulillah, saya dikelilingi orang2 yg juga terbiasa dg terimakasih dan maaf.
Terakhir kali? Hm, barusan. 🙂
LikeLike
Aku pikir ketika kita mengucapkan terima kasih dan didalam hati merasa bersyukur atas bantuan yg kita terima pada saat itulah kata terima kasih itu terasa sangat tulus 🙂
LikeLike
alhamdulillah saya membiasakan diri untuk berterimakasih dan minta maaf 🙂
LikeLike
lupa entah baca di buku atau nonton di film
seorang tokoh diminta tidak usah mengucapkan terima kasih, karena akan mengurangi makna sebuah kebaikan/pemberian hanya karena kata ‘terima kasih’ itu sudah kehilangan makna 😦
kalau tidak salah, saya temukan di buku pertama Melissa Marr sebelum ‘Inx Exchange’
LikeLike
quote from mb fenty,
” alhamdulillah saya membiasakan diri untuk berterimakasih dan minta maaf 😀 “
LikeLike
wah, kalo soal tulus enggaknya, rasanya sih tulus2 aja, hihihi…
gini lho chi, kalo aku merasa gak harus berterima kasih ya aku gak bilang terima kasih. jadi kesimpulan sementara, setiap ‘terima kasih’ yg aku bilang ke orang lain, mudah2an tulus adanya :p
LikeLike
Well, diluar sana sepertinya masih banyak yang mengucapkan dg ikhlas bukan sekedar basa-basi koq mba.. terkadang, terasa koq bedanya..hihihi
LikeLike
Kata Terima Kasih yang basa-basi …
menurut saya …. bukan bermakna Terima kasih …
Terima kasih yang sejati … harus dari Hati …
And believe me …
Yang kita ajak ngomong tau kok … mana terima kasih yang tulus …
mana yang basa-basi
Salam saya ChiC
LikeLike
I like your thought :). *tulus*
Dan memang menjadi salah satu ide yang pernah menyangkut di kepalaku juga nih 🙂
LikeLike
Terimakasih….
sudah mengingatkan betapa pentingnya kata “terimakasih”….
LikeLike
tulus nggaknya hanya kau dan sang pencipta saja yg tahu
yang penting niat untuk ngucapin terimakasih itu aja udah bagus banget, makcik
ah terlallu mikir kau
oh ya, makasih udah boleh komen disini
😀
LikeLike
thanks. Kunjungi juga blogku yo.
LikeLike
Terima kasih telah menjadi bagian terbaik dari hidup kami *Ayah^Vio*
Love U wife^mom
LikeLike
kemaren sore, ke suami 😀 eh, tapi akhir2 ini aku suka lupa ngomong terimakasih ke orang2 sekeliling..abis nanya sesuatu, stelah dijawab langsung ngeloyor pergi..*keplak kepala sendiri*
LikeLike
kita tau kok yg mana yg ngucapin ‘terima kasih’ dgn tulus, yg mana yg ngga. semua yg dr hati kan selalu nyampe ke hati.. hayah
LikeLike
bagi saya ucapan paling menyejukkan adalah ucapan terima kasih dari precil saya, tiap saya ngasih apa atau mbantu apa, bantuan sekecil apapun dia selalu bilang, “terima kasih ayah.” 😀
LikeLike
Saya berterima kasih dengan tulisan diatas yang kembali mengingatkan saya untuk memahami kembali kata terima kasih tsb.
LikeLike
kapan kerokan classic rock lagi? terimakasih
LikeLike
untung saya manis. kalau mengucapkan terima kasih biasanya disertai senyuman. 😆
*diketok*
LikeLike
Terima kasih 🙂
Tulus looh mbakk.. Beneran deh..
Hehehe..
LikeLike
Tapi kita juga tahu, bahwa seseorang mengucapkan terimakasih dengan tulus…ini terlihat dari matanya
LikeLike
bener juga ya, kadang kita sekedar mengucapkannya sebagai kebiasaan, namun maknanya kadang terabaikan.
LikeLike
hal besar yang hampir dianggap kecil..:(
LikeLike
dari kebiasaan untuk memaknai setiap kata atau kalimat.
LikeLike