Brainstroming ajah!, just a thought, keren!, movie freaks, Satir

Alangkah Lucunya (Negeri Ini)

Disclaimer : awas spoiler! 😈

Yes, buat yang mungkin bertanya-tanya soal judul yang di atas itu, itu adalah judul film buatan Deddy Mizwar yang baru, yang saya tonton Jumat kemarin bareng hubby dan  dua orang penjaga Bicara Film, Jeung Tika dan Si Ewink. Saya memang sangat tertarik dengan film-film buatan Deddy Mizwar yang biasanya sarat pesan dan sangat satire seperti Kiamat Sudah Dekat dan Naga Bonar jadi Dua.

Film tersebut dibuka dengan perdebatan seru mengenai apakah pendidikan itu penting atau tidak,  serta dilema seorang Muluk yang baru lulus jadi Sarjana Management dan merasakan susahnya mencari pekerjaan yang sesuai. Sementara orang-orang sekelilingnya menggantungkan harapan yang tinggi kepadanya sebagai seorang sarjana dan tentu saja, berpendidikan. Sampai pada suatu ketika, Muluk bertemu dengan seorang pencopet cilik. Dan dibawalah Muluk bertemu dengan komplotan pencopet cilik tersebut beserta kepala gank-nya. Ntah kenapa kemudian terbersit ide di kepala Muluk untuk membantu para pencopet cilik tersebut. Bukaaaan… tentu saja Muluk tidak ikutan jadi copet. Tapi Muluk membantu para pencopet cilik tersebut mengelola uang hasil copetan mereka untuk menjadi suatu usaha yang lebih berguna, yaitu jadi tukang pedagang asongan. Muluk juga mengajak dua orang temannya untuk mengajar pendidikan dasar dan pendidikan agama kepada para pencopet cilik tersebut.

Terdengar lebay? Yes. Lebay sekali. Merubah mindset dari copet menjadi pedagang asongan sama seperti berusaha menegakan benang basah. Impossible. Tapi ketika jalan cerita menawarkan sejumlah pertanyaan-pertanyaaan dan sindiran-sindiran pada diri kita, percayalah, kata lebay dan impossible itu kemudian terasa sangat logis.

Ya, film ini memang sarat pertanyaaan.

Dilema mengenai bagaimana menyikapi sebuah pekerjaan halal dan mulia (mengajar pendidikan dan agama) tetapi dibayar dari hasil pekerjaan haram (mencopet).

Perdebatan antara mending mana pekerjaan yang seperti dilakukan Muluk dan dua orang temannya atau setiap hari cuma nongkrong main gaple di pos hansip dan nungguin kuis-kuis di televisi dan mengirim berbagai macam undian yang hanya menghabiskan uang untuk membeli pulsa, amplop dan perangko.

Siapa sih yang menentukan halal dan haram.

Bahwa hafal Pancasila dan butir-butir di dalamnya belum tentu membuat seseorang jadi nasionalis dan pendidikan agama yang baik tidak serta merta membuat sseseorang untuk tidak menjadi seorang pencopet (atau koruptor).

Bagaimana tetap mencintai negara ini meskipun negara ini  cuma bisa menangkap rakyat kecil yang sudah mencari duit secara halal pun masih harus dikejar-kejar kamtib juga, ketimbang menangkap para koruptor  bermilyar-milyaran rupiah itu.

Atau bagaimana jika isi lagu “Indonesia Raya” itu ternyata hanya masih berupa harapan dan doa sehingga perlu mengucapkan “amin” begitu selesai dinyanyikan.

Tidak. Kalo kalian berharap mendapatkan semua jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, jangan nonton film ini. Film ini tidak menjawab semua pertanyaan itu. Film ini berakhir secara klimaks meninggalkan persepsi dalam diri kita masing-masing. Sekaligus menyadarkan kita bahwa negeri ini memang sungguh lucu.

Sayangnya, rasanya film ini bukan film terbaik dari seorang Deddy Mizwar. Alur cerita tidak terjaga dengan baik. Deddy sepertinya bingung hendak dibawa kemana jalan ceritanya. Selain itu scene-scene iklan para sponsor pun tergambar dengan kasar. Agak sedikit mengganggu. But over all, film ini layak kok ditonton.

Fakir miskin dan Anak terlantar dipelihara oleh Negara. Pasal yang sangat bagus dan UUD negara kita yang lucu ini. Jadi inget perkataan spontan seorang teman ketika kami lagi asik menghitung koin di acara Coin Collecting Day-nya CAC kapan tau.. “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Blogger” – atau malah orang-orang yang kayak Muluk itu. Ha!

73 thoughts on “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)”

        1. menyambung mrbambang, di kaskus malah ada komunitasnya haha. sepertinya menjadi kebanggaan tersendiri..

          nonton filmnya ah kalo sempat 🙂

          thx mbak reviewnya

          Like

  1. aku kemarin habis menonton film “Menebus Impian”-nya Hanung.
    bagus jg menurutku. meskipun pasti… masih ada “cacat” di beberapa hal. 😀
    dan sama, ending film ini jg bikin mataku berkaca2 dan bulu kuduk merinding. XD
    *hayah… nyama2in*
    btw, aku jg udah ada rencana nonton film ini jg, sih.
    tengkyu review-nya… ^^

    Like

  2. Gue denger lo ngikik2 melulu sepanjang film, padahal terhalang tubuh kekar si Ewink disamping gue! dan Ewink malah asik live tweet kayaknya, jempolnya di BB mlulu… 😀

    Like

  3. Wah saya baru baca ada kata “negeri ini” dalam tanda kurung, dikirain ini film komedi atau film yang berisi ABG yang “lucu” 😳

    penasaran pengen nonton ah 😀

    Like

  4. kalo sampeyan pengen merangkum semua persoalan di negeri ini ke dalam sebuah pilem ya bingung tho mbak, makanya memang lucu sekali sebuah pilem bisa menggambarkan lucunya sebuah negeri. atau mungkin juga gambaran keputusasaan, kalo sampeyan sudah ndak mampu mikir jalan keluar maka jalan paling baik adalah tertawa, biar kelihatannya lucu.

    *nunggu visidi bajakannya…*

    Like

  5. Memang lucu kok Chic….
    Banyak dagelan di dunia nyata, tak sekedar di dunia film…
    Btw pengin nonton….hmm kok padet banget ya…banyak kondangan, diluar kota pula

    Like

    1. tergantung tujuanmu apa Dut.. kalo pengen jawaban ya jangan nonton, tapi pengen diingatkan kalo negeri ini lucu banget berarti kamu harus nonton :mrgreen:

      Like

  6. aje gile…blogwalking dimana-mana ngomongin tentang film ini… 😀

    Saya setuju bahwa ini bukan film terbaik dedy mizwar. Misalnya dari segi cerita, rasanya kalau mau membuat terobosan, masih lebih baik kalau mengembangkan budi daya cacing dan mengajarkannya kepada para pencopet. Dibandingkan mengajarkan mereka berdagang asongan. 😀

    Like

  7. ternyata bukan aku saja yang membahas film ini lewat blog. sekedar berbagi. aku suka dengan ending ceritanya. film itu menurutku oleh deddy mizwar sengaja dibuat begitu karena permasalahan dengan pedagang asongan, copet, pengangguran belum terselaikan oleh bangsa ini. makanya kadang terlihat ngambang ending film ini, tapi congratulation buat opa deddy mizwar…

    Like

  8. (mungkin) alur cerita dibuat mengambang karena negeri ini pun sedang mengambang..
    (mungkin) endingnya sengaja dibuat kurang enak karena bang Deddy Mizwar ingin kita mengambil hikmah sendiri, dan (mungkin) membuat ending sendiri..

    mungkin, loh..
    karena sayah sendiri juga belum nonton..

    (mungkin) akan nonton saat filmnya udah ada di televisi..
    (mungkin) akan nonton kalo dipinjemi DVD-nya dari temen (ato beli yang bajakan, mungkin..)
    (mungkin) akan nonton saat pamanku dapet copy-nya di Rapidshare..

    (mungkin) komentar ini kurang bermutu..
    maka (mungkin) namaku akan diblacklist sama sang empunya blog..

    maaf, nyak!
    (mungkin dimaafin..)

    Like

  9. bicara soal film,kapan ya dibuat film dokumenter,tentang G30S,versi sebenarnya.tema film yg lama,diantaranya adalah menghapus hari lahirnya pancasila,diganti dg hari mensaktikan pancasila.yg lucu,pancasila sendiri made in nya Sukarno,yg seolah terkutuk lalu diberi gelar tahanan rumah.oleh org sok herois telah mensaktikan pancasila.jangan lupa masukkan adegan Suharto ditempeleng oleh jenderal ahmad yani,krn terlibat kasus penyelundupan(aku baca di internet?)mau tau calon penonton film ini?adalah dunia.

    Like

Leave a comment