Brainstroming ajah!, Dodolz, just a thought

Elevator to the Gallows*

Gara-gara tumpukan pekerjaan dua minggu ini dan menyebabkan blog ini terbengkalai dan percakapan yang tidak selesai dengan klien di Italy sana hari Jumat kemarin, sepanjang pagi ini pikiran saya tertuju ke beliau dan sisa percakapan yang belum dilanjutkan itu. Ketika memasuki lift kantor, tiba-tiba saya teringat ucapannya beberapa bulan yang lalu saat beliau berkunjung ke Indonesia pas mau masuk ke lift yang sama di gedung kantor saya. Sambil bercanda beliau bilang begini : “so you have to decide which floor you want to attend before you go into the elevator, otherwise you can never go back”. Saya menanggapinya dengan “yes, you can. All you have to do is out from the elevator whatever floor it is going, back to the 1st floor, choose the right floor, and waiting for the right elevator before you came back to the right track. Such a long way, huh?”. Lalu kami berdua tertawa terbahak-bahak.

Sekedar info bahwa gedung kantor saya memakai lift yang menggunakan system computerize yang mengharuskan kita memilih dulu lantai yang hendak dikunjungi sebelum masuk ke dalam lift. Ngga hanya sekedar memencet nomor lantai, tapi kita juga harus memperhatikan lift mana yang akan menuju ke lantai yang kita tuju. Dan juga terpisah dua bagian, lift untuk  ke lantai 3 – 17, dan lift ke lantai 18 – 29. Hal ini menyebabkan kebanyakan tamu-tamu gedung ini sering terjebak di lift yang salah. Ada dua jenis orang yang kejebak: yang ngikut saja orang-orang masuk ke dalam lift lalu bingung karena di dalam lift ga ada button sama sekali kecuali tombol darurat; dan yang sudah memencet nomor lantai sebelumnya tapi tidak memperhatikan lift mana yang akan membawa dia ke lantai itu dan asal naik lift yang kebuka aja, lalu bingung karena ternyata di layar dalam tidak ada lantai pilihannya. Gyahahahaha…

Dan pagi ini, ntah kenapa percakapan selintas dengan si partner itu terngiang-ngiang benak saya. Sepintas itu percakapan biasa, tapi kalo dipikir-pikir lagi kok ya artinya dalem ya…

Well, tiap hari kehidupan ini di mulai dengan membuat suatu keputusan. Mau bangun atau nerusin tidur 15 menit lagi, mau mandi dulu atau nonton tipi dulu, mau berangkat ke kantor lewat jalan ini atau jalan yang itu. Ada saja pilihan-pilihannya. Tiap pilihan selalu punya resiko masing-masing. Telat bangun tidur resiko telat sampe kantor, leyeh-leyeh resiko buru-buru di menit-menit terakhir, salah pilih jalan resiko terjebak macet.

Itu baru soal pilihan-pilihan kecil. Di kehidupan kita ini rasanya banyak sekali pilihan-pilihan lain yang mungkin tidak bisa diputuskan dengan sekali kedipan mata. Salah bikin keputusan, jalan buat balik lagi ke jalur yang benar biasanya susah dan ngga semudah urusan balik lagi ke bawah dan ganti lift.

Dalam pekerjaan saya, tugas saya adalah membuat opini pilihan-pilihan dan resiko-resiko pengambilan keputusan. Memberitahukan plus minusnya, mencarikan alternatifnya, bahkan memberikan statistik dan tabel positif negative di dalam opini-opini saya untuk user yang meminta. Enaknya sih, saya tidak perlu membuat keputusan. User lah sih pembuat keputusan. Tugas saya hanya memberikan saran, alternative terbaik dan pilihan-pilihannya. Kalo ternyata user memilih yang berbeda dengan yang saya sarankan, ya resiko di tangan user, bukan saya.

Tapi kan di dalam kehidupan ini, yang jadi user adalah kita sendiri. Saya sih biasanya menerapkan apa yang saya lakukan di dalam pekerjaan saya. Membuat alternative pilihan, daftar plus minus, positive negative, merinci resiko-resiko di dalamnya. Biasanya keputusan yang saya ambil tergantung pada kolom mana yang banyak berisikan hal positive dan paling minim resiko.

Karena hal ini saya sering dibilang plin plan, tidak cepat dalam mengambil keputusan. Well, saya sih lebih menyebut hal tersebut dengan “memininalisir resiko”. Terutama resiko sakit hati berkepanjangan. :mrgreen: Makanya saya agak susah kalo disuruh mengambil keputusan dalam waktu singkat. Rasanya pasti keputusan yang keluar itu kebanyakan tidak tepat dan bukan saya banget. Ya resiko-nya, jadi dibilang plin plan. Terus terang sih saya terganggu, pengen rasanya bisa mengambil keputusan dengan cepat seperti yang lain. Cuma ya itu, saya kok jadi terkesan takut sama resiko ya…

Kalo kalian?

——-

[*] judul di ambil dari film ini, ntah kenapa tiba-tiba keinget pas mau ngasih judul postingan :mrgreen:

87 thoughts on “Elevator to the Gallows*”

  1. gak mudeng tentang elevator thingy..
    tapi, memang iya tuh –look before leap.. keputusan kecil bisa sangat berarti buat nanti.. chaos theory, butterfly effect, *halah..

    Like

  2. saya juga pernah beberapa kali naek lift yang begitu, awalnya bingung juga tapi setelah beberapa kali kesana jadi terbiasa. bedanya mungkin saya ndak pernah berfikir sedalem itu hihihi

    Like

  3. Iya, maknanya dalam…

    ya semua da waktnya sebenarnya… ada waktu klo gak mutusin skrg pasti bahaya.. atau mutusin skrg malah terlalu berbahaya… hehehe
    Life. Always learn us to live it. But, since we have no enough time to learn it all, ada baiknya kita belajar juga dari hidup orang lain… termasuk belajar dari lift itu….

    *lift yg aneh… 😀

    Like

  4. sama chi, aku juga trllu banyak pertimbangan, dan yg paling sering “nyanyi” adalah abangku (kakak kandung cowok) tersayang, soale dr dulu dia tmpt aku minta pendapat, dulu soal kerjaan. Katanya tipe yg trllu bnyk pertimbangan itu ya, lama majunya (karena cenderung takut resiko, kali ya?) kl jd pengusaha. Tapi mau gimana lagi…memang aku lbh suka meminimalisir resiko (lonely).

    Soal lift, woh iya,di gedung tmpt mbakyu_q, jg pake itu, dan dia wanti2 bgt aku merhatiin di lift mana aku hrs naik. Soalnya banyak kejadian, org ga bisa keluar2 lift, krn terjebak di dalam,& hrs nunggu lift itu kebuka, ya-soalnya di dalem kan ga ada pencetannya :(( :((

    Like

  5. Untuk mengambil keputusan memang perlu di pikir lebih dalam, karena penyesalan letaknya di belakang bukan di depan. Tapi ada beberapa situasi yg dunia hanya memberikan waktu kurang dari satu menit untuk memutuskan pilihan.

    Halah ngemeng apa aku ini (doh) btw belajar bisa dari lift juga

    Like

  6. apapun, resiko pasti ada. termasuk dalam membuat keputusan. siapapun yang membuat keputusan, gak mungkin selalu tepat. jadi, ya gak usah terlalu fokus pada ketakutan akan salahnya mengambil keputusan. toh, ketika kita tau ada yang salah, kita akan menjadikannya pelajaran. dan habis itu pasti mengambil keputusan yang lebih baik.

    *bingung mau komen apalagi*

    Like

  7. liftnya aneh banget yaa.. gak kaya lift pada umumnyaa…

    sama kaya saya juga sih.. suka plin plan.. tapi iya itu tujuannya untuk meminimalisir risiko dan juga untuk mendapatkan yang paling dekat dengan tujuan

    Like

  8. wah chic orangnya melankolis ya? 😀

    penuh pertimbangan
    yah begitu mungkin hidup penuh pilihan, dan masing2 orang memiliki cara berbeda dalam memilih, ada yg cepat, ada yg mempertimbangkan banyak hal, ada yang tidak menggubris tapi itulah pilihan… 😉

    Like

  9. Hehe, baca-baca komentar ternyata banyak yang mengikuti Bapak itu, ya? Jangan-jangan beliau juga banyak pertimbangan dan memilih yang berisiko paling minim.
    Refleksi yang bagus 🙂

    Like

  10. justru itu lift yg sangat efisien,karena gak berenti disemua lantai,ini sama kek model lift di GKBI, salut sama penciptanya.
    cuma gara2 kita gak biasa trus kita mesti nyalahin liftnya? teknologi untuk membantu kok,bukan menyulitkan;p

    filosofinya sih ya bener,kita harus prepare,gak boleh maen masuk aja terus mutusin di jalan.

    seperti kata orang bijak : ” if you fail to plan,you plan to fail”

    jadi kita harus punya plan selalu dalam hidup. jangan mengalir aja,air kalo mengalir aja juga mengalirnya ke got alias comberan tuh,hahahaha…

    Like

  11. saya selalu percaya “everything will be OK in the end.. if its not OK, its not the end”
    ihiw…
    *itu kalo saya lagi ga depresi mode on sich :p*

    Like

  12. er….kalo daku tipenya suka mengambil keputusan dengan cepat. malah terkadang kurang pertimbangan..akhirnya ya gitu, kadang ujung-ujungnya ya nyesel juga.. but that’s fine, memang semua resikonya tergantung kita sendiri sih,,

    Like

  13. hahahah emang susah klo tiba di persimpangan dan lo harus memilih salah satu, tapi jalanin aja lah… percaya sama yang lo pilih, and move on with your lif e…

    Like

  14. kalo saya sih hajar aja bleeeh… mikir belakangan! ahahaha…
    kecuali utk hal2 krusial, saya cenderung mutusin pake feeling! 😀

    Like

  15. eh aku belum punya pengalaman sama lift macam itu … jadi pengen tau nyasarnya gimana *giggle*

    aku juga pengen sedikit bermain2 dengan resiko … rasanya hidup datar aja ya tanpa resiko … tahun ini kah ? hmmm ….

    Like

  16. katanya sih resiko kecil ya hasilnya kecil, klo resikonya besar maka peluang untuk mendapat hasil yang lebih besar juga lebih banyak, masalahnya apakah kita siap dengan resiko yang besar?
    pengennya sih hasil besar dengan resiko yang kecil, atau malah tanpa resiko, hahaha…. 😛

    Like

  17. kok gak bercakap-cakap dalam bahasa itali sih mbak chic? LOL

    *digaplok :))

    ehhh, ngomongin lift kok dihubung2in ama plinplan sih, hhehehe. Tapi setuju bahwa mikir mateng2 sebelum memutuskan itu meminimalisir resiko, ketimbang salah, nyesel belakangan… kadang udah gak guna, iya gak?

    *salaman sesama org plinplan :))

    Like

  18. saya terkadang plin-plan *toss*. kadang udah memtuskan tetp ragu-ragu. Tapi akhirnya saya lebih terbuka untuk mencari data pendukung dulu sebelum memutuskan. Diskusi, nanya-nanya, cek histori *doh*, dan akhirnya memutuskan dan tentunya konsekuen 🙂

    yang skrg lagi diasah adalah,, kecepatan “mengolah data” 🙂

    *apasih*

    Like

  19. sama dengan mbak chic, aku type analyzer…
    kalo ambil keputusan mikirnya harus mateng2 banget
    dilihat positif negatifnya..

    tp aku pikir lebih baik demikian
    daripada buru2 ambil keputusan lalu salah jalan kan?

    Like

  20. wah nyambungin masalah lift ke curhatannya kena banget..
    hm, emang harus berpikir sebelum bertindak..

    oh ya salam kenal. tau blog ini dari tempatnya om trainer 🙂

    Like

  21. Hidup ini memang penuh dengan keputusan-keputusan yang harus dibuat, didasarkan atas berbagai pilihan.
    Dan hidup ini selalu mengandung risiko, dan di dunia ini tak ada yang tanpa risiko….namun dengan sadar risiko, kita bisa memitigasinya dan membuat pilihan yang sesuai dengan jenis risiko yang siap kita tanggung.

    Like

  22. kalo sari sih mbak..
    justru kebalikan ama Mbak Chic..
    bukannya plin-plan, malah cenderung ‘grusa-grusu’
    kecepetan ambil keputusan
    baru tau sekilas, langsung ambil kputusan

    mungkin karna mikirnya masih primitif..
    masih mikir kalo life is a pandora box
    banyak kejadian yang tak terduga
    termasuk faktor resiko
    jadi males kalo dibikin ribet
    masalah bukan pada pilihan mana yang kita ambil
    tapi setelah menjatuhkan pilihan, seberapa bertanggung-jawabnya kita sama apa yang kita pilih..
    pun kalau salah naek lift dan harus balik lagi dari awal, dalam prosesnya dapet hal-hal lain yang bisa dijadikan pelajaran..

    *jiaaah.. primitif sekaliii saya ini.. kangen siiih.. udah lama ga BW, jadi meracau tak tentu arah 😀

    Like

  23. Inget dulu kerja di kuningan model liftnya begini juga
    Nyebelin! Kalo lagi ngelamun, ato konsen pecah gara2 ada cowok ganteng biasanya jd kesasar lift =))

    *eh itu sih kesel tapi seneng 😉
    Pagi Chic 😉 have a gud Friday

    Like

  24. Dah beberapa kali maen ke kantor enchic tapi blm seberapa nekad buat nyobain nyasar di dalam lift. 😀

    Enchic kapan2 kl aku mampir lagi, ajakin naik lift dong. Hehehehe…

    Like

  25. Wah…di kota saya jarang ada lift…he..he..! menentukan pilihan dan keputusan dalam waktu cepat memang sulit dan bila harus melakukan juga ya resiko tanggung aja sendiri ya,,,he.he.

    Like

  26. Duh, naik lift biasa aja saya sudah ngeri…apalagi naik lift model beginian…. Hmmmm, kalo ada tangga mendingan lewat tangga aja deh…. Nggak papa 10 lantai juga bakalan dijabanin…daripada terperangkap di dalam lift, hiyyyy…. amit2x jangan sampe.

    Like

  27. Hmmm.. saya baru pertama ini tahu ada elevator seperti itu…. :mrgreen: Pasti kocak banget orang yang baru ke sana dan salah naik…. ^_^
    *timpuk

    Like

  28. thanks to info,,,kalo saaiia tipenya suka mengambil keputusan dengan cepat. malah terkadang kurang pertimbangan..akhirnya ya gitu, kadang ujung-ujungnya ya nyesel juga.. but that’s fine, memang semua resikonya tergantung kita sendiri sih,,,,,huhu,,,

    Like

Leave a comment