Menjalani profesi sebagai Legal Counsel selama 9 tahun ini, membuat saya telah bertemu dan melakukan negosiasi dengan banyak karakter orang-orang. Bukan cuma itu, kemampuan saya membaca karakter orang pun jadi ikut terasah. Ntah kenapa sudah beberapa tahun belakangan ini, saya selalu saja bisa menebak dengan tepat karakter orang yang sedang bernegosiasi dengan saya. Yang bluffing, yang bohong, yang calo, yang beneran punya duit, yang licik, yang greedy… well, bukannya mau sombong, tapi ntah kenapa yang kayak gitu-gitu itu selalu terbaca dengan tepat oleh saya.
Contohnya ya yang baru saja terjadi dua hari ini. Godfather meng-order saya membuat sebuah Nota Kesepakatan mengenai jual beli tanah perkebunan di daerah Sumatera sana. Lalu, kemaren datang lah serombongan bapak-bapak ke kantor saya dengan maksud melakukan negosiasi. Begitu bertemu mereka, sontak dalam hati saya berkata: aduh, ini sih calo doang, pasti ngga beres nih, pasti maksa-maksa minta dana duluan. Negosiasi berjalan, ngga mulus. Bolak-balik saya laporan ke Godfather. Maju mundur kanan kiri, sampai akhir pada titik temu. Sepakat. Tanda tangan.
Saya pikir sudah selesai. Ternyata tidak. Cheque sebesar 100jt yang sudah disiapkan oleh Godfather diminta saat itu juga. Padahal kesepakatannya adalah menunggu surat-surat yang lain beres. Mereka ngotot, sedikit memelas sih. Katanya ngga punya dana buat mengurus surat-surat itu. Padahal lagi, dana itu disepakati untuk biaya survey lapangan. Toh, urusan surat menyurat yang kurang bukan urusan kami sebenarnya, ngga ada kewajiban untuk membiayai kan? Tentu saja, saya lebih ngotot lagi. Tugas saya kan melindungi Godfather. Beliau kan jadi ngga punya pegangan apa-apa kalo cheque itu diberikan ke mereka.
Eh ya dasar si Godfather saya ini baik hati bener, dan karena sudah terlanjur ngomong sama partner beliau yang lain soal tanah ini, dan karena takut juga dijual ke orang lain, sampai lah pada keputusan “ya udah chi, cheque yang tadi void aja, rubah angkanya, bagi dua“.
Aduh! Ya terpaksa. Saya sudah ngga bisa ngotot lagi. Melenggang lah bapak-bapak itu pulang dengan cheque sebesar 50jt. Dem! Banyak aja kali yaaaa… Dan ya ya, sekali lagi feeling saya terbukti benar.
Masalahnya nih ya, masalahnyaaaa… sebagai Legal Counsel, saya kan harus membuat legal opinion berdasarkan surat-surat, akta-akta dan keterangan lain yang tertulis dan sah. Kalo semua itu lengkap dan benar adanya, ya saya harus membuat opini sesuai itu. Masalah feeling ini yang ngga bisa saya tuangkan ke dalam opini saya, masak iya sih bikin legal opinion berdasarkan feeling.
Serba salah deh… Di satu sisi, saya punya kepentingan melindungi asset perusahaan, di sisi lain – dalam kasus bapak-bapak itu, semua akta-akta dan keterangan yang di bawa kepada saya sah dan benar – saya ngga bisa juga meyakinkan Godfather kalo mereka itu “preman”. Lah buktinya mana? adududududududuh…
Ada saran kah? Lagian kan katanya berburuk sangka di awal itu dosa, tapi gimana dooooms…
ya ya.. ini curhat.. mohon pengertiannya 😈
*kembali men-draft Perjanjian*
LikeLike
Tidak semua yang disebut “berburuk sangka” itu salah. Menurut saya lebih pada “alarm” alamiah yang memang setiap orang punya. Mungkin @chic sudah lebih tajam mengasah alarm itu, sehingga bisa peka.
Hanya saja memang untuk meyakinkan orang lain itu susah karena gak ada bukti. Tapi gpp kok @chic, buat aku malah baik kalo bisa punya kemampuan membaca karakter orang.
BTW, dulu pas pertama kali bertemu aku, gimana kamu membaca karakterku?
LikeLike
1.Legal counsel ituh apah?!
2.Mending blg ke godfather kalo mbak dah menjadi trbiasa menilai org..jd dkasih bukti..blg “pak org inih keknya gag bnr+alasan” ntar lama” pasti percaya..jd gag dianggap menuduh org tlbih dahulu mbak..
LikeLike
yang penting sih menurutku sudah berusaha meyakinkan atasanmu chic…diluar itu memang sudah bukan wewenang kita sebagai bawahan khan 🙂
LikeLike
iya sih, cuma kok ya ngga rela dut 😆
LikeLike
Feeling yg mbak miliki itu bisa menjadi suatu tanda (untuk waspada) dan bukan berarti berburuk sangka. Mungkin godfathernya bisa di yakinkan dengan tanda-tanda kecurigaannya mbak chic
CMIIW
LikeLike
kalau dalam kasus diatas sih, mestinya bisa dibilang, mereka gak menjalani sesuai kesepakatan – kan, cek akan diserahkan menunggu semua surat2 yang lain beres, spt kmu bilang diatas? – dari situ sih, sudah boleh lah, ada rasa khawatir & preventif alias gak begitu aja manut apa kata mereka, meski terlihat reasonable alasannya.
Mnrtku sih, itu kan bukan prasangka jelek chi, itu intuisi kamu, yg memang sdh banyak pengalaman di bidang itu. beda lah itu dgn prasangka jelek.
eh, kok aku sok teyyu ya, padahal gag ngerti hukum, hehe…just for my two cents aja deh ;))
LikeLike
Wua … menjura sama chic
~kapan punya alarm kaya’ chic
LikeLike
haduh saya alergi yang berbau hukum. 😛
LikeLike
toss sama chika
ampun2 deh..apa lagi kalau udah calo T_T
LikeLike
bisa nggak perasaan/feeling itu dikonversi menjadi sesuatu yg lebih solid. Misalnya, pengalaman Chichi sebelum2 ini saat berhadapan dgn kasus serupa (berhadapan dengan mediator/preman). Mungkin bisa dishare ke godfather, kasus2 nyata sebelumnya yg pernah terjadi dan mirip. Jadi si godfather lebih yakin karena ia melihat dari kasus2 lama yg sudah terjadi, dan bukan karena feeling.
LikeLike
Mungkin, intuisi mbah chic soal sesuatu bisa disampaikan ke si bos dengan bahasa yang profesional, jadi tidak tampak sebagai opini pribadi. 😀
LikeLike
biasanya nih mbak, kalau saya uda ada feeling yang aneh, saya bikin catatan kayak justifikasi se-rasionalllll mungkin, pake ala teori konspirasi itu. kan kalau uda ditulis ada dokumen enak tuh kalau ada ribet-ribetnya, saya tinggal nunjukin ke lembaga, eh gw pernah nulis ini lhooo 😀
LikeLike
weew..puyeng juga..
tapi kalo feeling sering terbukti benar, knapa gak disampaiken ke godfather aja? ceritanya sambil sharing gitu… 😛
*aduh diriku ndak ngerti beginian*
LikeLike
ahahahahaha tapi kan namanya feeling belum bisa dibuktikan sebelum kejadian, lah tapi kalo udah kejadian juga kan percuma… duitnya udah melayang.. 😀
LikeLike
wah kalo seperti ini sudah bukan ranah saya 😀
LikeLike
sori mak chic, ga ngarti 😛
LikeLike
Wah emang sulit juga kalo tidak ada bukti kongkrit atau argumen yang kuat untuk meyakinkan Godfather. Feeling kadang kala gak berguna untuk ngomong ke pimpinan. Karena prinsip pimpinan biasanya Feeling dia yang benar dan harus diikuti. Gini nih spekulasi dalam dunia bisnis. Tapi kulihat pimpinanmu itu juga telah meminimalisir kerugian dengan merubah ceknya menjadi lebih kecil atau setengahnya aja.
Semoga lancar ya, Chic
LikeLike
exactly Bang, itu dillema saya 😐
LikeLike
Ehm baru tahu kalau mbak ini berprofesi sbg legal counsel. Senang bisa berkenalan waktu di Kominfo. Salam
LikeLike
halo Pak Arief, senang juga berkenalan dengan Bapak kemarin 🙂
LikeLike
saran saya selesaikan dulu kerjaan, baru ngeblog.
LikeLike
kalo saya selama syarat-syarat yang diperlukan kumplit, ndak ada yang bermasalah ya loloskan. *mohon maap kalo ndak nyambung, maklum cuma buruh pabrik*
LikeLike
jadi kuatir kalo ketemu chichi 😆
LikeLike
Saya juga selalu “dituduh” paling menilai karakter orang. Sampai urusan mau kawin pun kawan saya minta dipantau karakter pasangannya. Saya sendiri gak merasa gituh, Saya cuma mengikuti feeling dan rasa saja. But well I take that as a gift!
Beda loh mba berburuk sangka dengan melihat tanda-tanda. Misalnya kalau kita mau nyeberang jalan terus dari jauh ada kendaraan yang jalannya miring ke kiri kanan dan ngebut. Mosok kalau kita berasumsi dia tidak akan ngerem, dan kemungkinan nabrak kita, maka kita berprasangka buruk bahwa dia pengemudi yang tidak baik. Ndak juga khan?
Lantas gimana? Cobalah untuk memahami lebih dalam apa yang feeling kita katakan. Karena biasanya alasannya ada koq. Cuma kalau kita ndak diam sejenak dan memikirkannya akan nampak bahwa kita berasumsi tanpa alasan.
Misalnya untuk kasus yang tadi, sebenarnya semua tanda ada, dan makin menguatkan hingga akhir. Mungkin mba punya pengalaman gaya bicara calo tuh gimana, terus kalau yang minta duit duluan tuh pasti gak bener. Nah, mencoba membumikan feeling kita inilah yang lebih penting ketika harus menjelaskan ke orang lain.:D
LikeLike
susahnya adalah feeling itu tidak bisa dibuktikan sebelum terjadi Mas 😆
LikeLike
Chi …
Yang namanya insting memang bisa diasah …
apalagi waktu 9 tahun bukan waktu yang pendek bukan ?
saya tidak bisa memberi saran … karena ini memang bukan bidang saya …
However …
Ini bukan berburuk sangka ChiC …
You just being … Waspada …
Dan saya pikir … ini tidak salah …
Salam saya
(saya kok ikut geram ya … melihat kenyataan mereka bisa melenggang dengan 50 juta …)
Pulang dari kantor kamu … yakin mereka pasti mengadakan ritual upacara pembagian tuh …
LikeLike
iya Opa, saya juga yakin kalo begitu pulang dari kantor saya, mereka bikin upacara bagi-bagi jatah 😈
LikeLike
wah keren mbak chic punya sixth sense :p
LikeLike
pengalaman adalah guru terbaik dan kadang memang susah untuk diteorikan karena topik seperti itu terkait insting. solusinya ya bikin notes unofficial aja buat si godfather hehehe
LikeLike
err… nganu…. saiah boleh numpang pingsan ndak?
-kedubrak-
*jatoh pingsan*
LikeLike
pingsan kenapa lu? 🙄
LikeLike
Kira kira itu sama gak ya, dengan insting seseorang buat mendetect nafsu membunuh. Biasanya jagoan kung-fu yang punya, hahaha… Dragon Ball banget 🙂
Tapi memang sih, susah kalau gak ada bukti kalau mereka preman / calo / orang gak beres. Ada channel buat investigasi nggak? Kalau ada ya diselidiki saja dulu, mereka suruh datang lagi 2-3 hari sebelum dikasih check nya..
*kebanyakan nonton film lol
LikeLike
anuh kebanyakan baca buku detektif kalo saya sih 😆
LikeLike
Kenapa gak feeling kalo mereka adalah benar-benar mau menjual tanah. kan katanya feelingnya selalu tepat.
LikeLike
Biasa ya…kadang kita bekerja sesuai dengan aturan yang ada..tapi godfather punya penilaian sendiri hingga bisa merubahnya..!
LikeLike
wes mantabs curhatnya , saya kagum dengan anda mengenai melindungi asset perusahaan weh menyentuh hati saya sist , pasti anda di perlakukan sangat baik oleh perusahaan anda, saya ingin punya loyal yang seperti anda….thanks , salam kenal
LikeLike
haduh ndak ngerti legal2an jeee…. :((
LikeLike
Intinya waspada, bukan berarti negative thinking..
karena bisa mengurangi resiko masalah yang akan terjadi..
maph, tadi awal baca mbak pinter kaya Reg (spasi) primbon, hehe…
LikeLike
yang penting sudah berusaha untuk menyakinkan si bos.kalau dianya ok dan apa yang diperintahkan bisa dipegang,ya lanjut ajah
LikeLike
:-O apa…….. lma puuluh juta?… emmm bisa nggak bisa tidur aku bawa uang sekian,, haha,, memang bagi mereka yang punya profsi kayk mbak ni memang harus paling teliti dalam ‘membaca situasi” dan”habitual-action” (jiah sok intelmek aku ya).. 🙂 pekerjaaan yang menantang,, aku suka itu,, (salam kenal dan mohon kunjungan balik dan komen diblog sya) nice to meet you……….:):):)
LikeLike
kalo baca orang dari tulisan bisa ngga mbak hohohohohoh
LikeLike
Wah pengalaman Anda sebagai Legal Consul sudah lama juga yaa… ^_^
LikeLike
mak chic keren, kayak detektip.. bisa menganalisa karakter gitu.. 😯
LikeLike
iya. kebanyak baca trio detektif sama lima sekawan sih dulu 😆
LikeLike
setuju sama mas didut. 😉
btw, ga heran dgn kemampuan mbak chic dlm “mengendus” sesuatu.
sudah pernah terbukti… 😐
*kabur pelan2*
LikeLike
gyahahahahahaha, soal si mbubh ya?
LikeLike
wah bisa jadi detektif tuh, hehehe….
klo saya kok ya paling males bekerja dengan cara harus banyak berinteraksi sama orang, makanya lebih milih kerjaan yg membuat saya terkurung di kandang server 😀
LikeLike
sudah terlanjur
bossmu terlanjur baik hati
kau pun terlanjur ngasih cek
cuma bisa berdoa smoga nantinya baik-baik saja
😦
LikeLike
amin 🙂
LikeLike
well,kalo udah diingatkan terus masih tetap melenggang kangkung ya udah chi,hehehe…
jadi inget dulu ada temen gw cewek dideketin cowok pleiboi ,terus gw kasih tau cewek itu supaya hati2 (karena gw tau banget temen gw ini gimana) ,si cewek tetep aja mau sama dia,ya udah mau ngomong apalagi?? yg penting udah dikasih tau… pas mereka putus ,ya gw juga gak merasa menang dengan bilang “i’ve told ya so” sih ,gw rasa putusnya dia udah cukup menyakitkan jadi gak perlu lagi gw menambah penderitaannya itu:)
LikeLike
jadi inget blink 🙂
LikeLike
curhat aja ke gotfathernya mak chic… 😀
LikeLike
ngomong apa adanyah *hayah*
LikeLike
Susah emang di bidang ‘hukum’ gini ya Mbak 😀
LikeLike
tak nyimak dulu
mampir balik ke postingan terakhir ya
LikeLike
rumit juga ya mbak masalahnya, kalo udah dibilangin babe tetap mau jalan juga, ya udahlah … he’s the boss,
asah terus aja mbak indra keenamnya,
salam kenal
LikeLike
Curigee ae ni yeuh? Tp ambil positif na ajah toh? Kita bisa jd lbh aware xexe
LikeLike
seratus juta ya, hmm… kalo melayang bagi yang belum terbiasa bisa langsung atit eyut
LikeLike
rumiiiitttt!!!
LikeLike
intinya komunikasi mbak…..dan banyak-banyak minum air putih..hehehe
LikeLike
kalo menurut saiah sih, itu bukan berburuk sangka
tapi tuntutan profesi yang mengharuskan seperti itu
karena, kalo terjadi sesuatu hal yang gak di inginkan, gak mau kan tanggung resiko.
pokoknya, tetap mengikuti prosedur yang sesuai ajah. apapun kondisinya
Tuhan lebih tau kok 🙂
LikeLike
orang2 HRD kan sll berburuk sangka sama calon pegawainya
wkwkwkwk
LikeLike
berburuk sangka itu hal yg wajar
tapi kalo menuduh itu tdk wajar
LikeLike
Chic feeling itu akan terasah…saya sendiri juga bisa menebak karakter seseorang karena seringnya berhubungan dengan klien.
Masalahnya di dunia kerja, semua berdasar fakta dan dokumen…namun jika nurani udah menebak, saya akan ngotot agar klien memberikan dokumen dan saya akan bilang…”Saya akan ngecek dulu keabsahan dokumen itu.” Biasanya klien ngotot, mosok sih ibu tak percaya? Dan saya akan jawab…”Jika bapak berperan di tempat saya, dimana itu bukan uang saya, maka saya kira, bapak juga akan sama ngototnya…” syukurlah selama kerja bos mendukung…..kalau uang sendiri sih nggak apa2, paling bengong kalau ditipu.
LikeLike
Saya sendiri selalu memakai prinsip ‘berbaik sangka’ lebih dahulu ke orang yang baru dikenal…. Namun, kadang intuisi negatif memang berbicara dan seringkali terbukti benar. Sekarang saya mencoba bersifat netral sambil extra waspada saat intuisi mengingatkan saya untuk lebih berhati2x.
LikeLike
Menurut saya, gak salah kalau kita punya prasangka negatif terhadap orang lain, asal tidak membuat kita jadi gegabah mengikuti prasangka.
LikeLike