Brainstroming ajah!, Satir

Tentang Hari Kartini

Disclaimer: Sumpah! Bukannya sok kaum feminis kalo saya bahas ini. Cuma gemessss!

Dulu waktu jaman eSDe sampe eSeMA, yang namanya peringatan Hari Kartini setiap 21 April itu ya hari dimana semua murid cewek disuruh pake kebaya dan konde. Dibarengin dengan segala kegiatan-kegiatan bersifat kewanitaan (dan berlangsung sampe saat ini juga). Liat aja undangan-undangan perayaan hari Kartini itu, baik itu peringatan di sekolah, di kelurahan, atau di instansi-instansi sampe gedung-gedung perkantoran, rasanya sudah jamak melihat segala lomba putri luwes, lomba masak, lomba merangkai bunga, lomba puisi dan lain-lain. Bahkan kalaupun lomba itu ditujukan untuk peserta pria, yang dilombakan juga kegiatan yang berhubungan dengan wanita.

Dulu waktu eSeMA, saya pernah mikir, apa sih tujuannya diadain acara-acara itu? Sekedar merayakan hari ulang tahun ibu Kartini kah? Secara 21 April memang hari lahirnya ibu Kartini. Tapi dengan segala pake kebaya, bersanggul, memasak, merangkai bunga? mewakili stereotipe peran wanita tradisional dalam keluarga di masa ibu kartini kah? Hanya itu? Trus selesai lomba-lombaan itu apa yang didapat? Sekedar hadiah atau piala, dan setelah tanggal 21 April lewat hal itu hilang begitu aja? Lalu kemana semangat Kartini yang sebenarnya? Rasanya kok wanita jaman sekarang kan semakin lama kayaknya semakin jauh dari tipikal wanita tradisional semacam itu. Wanita sekarang sudah menjadi super mom dengan segala keterbatasan, yang juga bekerja untuk menambah penghasilan keluarga (dan secara juga udah sekolah tinggi-tinggi gitu loooh), jadi guru les buat anak juga, jadi ahli ekonomi dan keuangan juga untuk kelurga, jadi juru masak juga… huaaaah…

Atau mungkin dengan adanya perayaan hari ulang tahun ibu Kartini yang semacam ini, wanita-wanita seperti saya ini akan diingatkan kembali kepada peran tradisionalnya. Agar tetap bisa anggun memakai kebaya, bersikap lemah lembut seperti putri solo, bisa masak, bisa merangkai bunga, pokoknya yang ibu-ibu rumah tangga banget. Laaaaah… kok jadi gitu? Bukan kah peringatan hari Kartini itu adalah “mengenang jasa-jasa ibu Kartini dan meneruskan perjuangan beliau”? Dengan tema besarnya adalah mengajak kaum wanita untuk mendobrak kungkungan tradisi yang membuat mereka terbelakang. Itu kan yang harusnya dikenang dari seorang Kartini?

Tapi kok malah kegiatan perayaannya malah berkesan ingin mengembalikan wanita ke peran tradisionalnya?

Sumpah saya ndak tau! Sudah tradisinya cara memperingati hari Kartini itu ya kayak gitu itu. Udah kebiasaan!!! Kalo tetep penasaran ya tanya aja sama yang pertama kali bikin ide ngadain perayaan hari Kartini itu…. hihihihi

Siapa sih Ibu Kartini (yang katanya nama aslinya “Harum” *jayus mode: ON*)? Doktrinasasi waktu eSDe sih, Ibu Kartini adalah pahlawan emansipasi wanita berusaha memperjuangkan keyakinannya dengan membangun sekolah khusus untuk perempuan, meski sayangnya umur beliau tidak panjang untuk bisa lebih memajukan sekolah tersebut. Istilah kerennya ibu Kartini ini adalah tokoh pelopor feminisme di Indonesia. Memperjuangkan kesetaraan gender antara pria dan wanita.

Pertanyaan lebih lanjut saya kemudian berkembang menjadi, kok cuma Kartini yang diperingati hari jadinya? Kemana perjuangan Cut Nyak Dien, Christina Martha Tiahahu, atau malah Dewi Sartika, yang bahkan mewariskan sebuah Sakola Kautamaan Istri (sekolah khusus untuk para perempuan) di jalan Balonggede, Bandung (CMIIW loooh…). Kenapa cuma Kartini yang digembar-gemborkan? Hanya karena ada seorang Belanda yang kemudian mengumpulkan surat-surat beliau menjadi buku? *aaaah sejarah memang tergantung kepada siapa yang berkuasa saat itu.. hiks*

Whatever lah, toh kalo dilihat di masa sekarang, mungkin cita-cita Kartini itu sudah terwujud. Kaum wanita telah mendapatkan hak yang sama untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya, sejauh kemampuan mereka mampu menggapainya. Tapi perjuangan pembela feminisme ternyata nggak cuma sampai segitu. Mereka masih memperjuangkan hal-hal selanjutnya, seperti kesetaraan dalam dunia kerja, karir, politik, hukum, dan segala bidang lainnya kalau mungkin. Karena pada kenyataannya wanita punya kemampuan untuk mencapai itu semua, ya memang pada tempatnya mereka diberi kesempatan yang sama.

So, balik lagi ke pertanyaan tadi di atas, apa sebenarnya semangat perayaan hari Kartini seperti yang sekarang sudah menjadi “kebiasaan” dilaksanakan itu? Ikut serta menyuarakan perjuangan ibu Kartini dan perjuangan feminisme, atau malah ingin mengembalikan wanita menjadi manusia yang sangat feminin?Apakah perjuangan emansipasi telah dianggap kebablasn, sehingga kaum wanita perlu diposisikan kembali sesuai kodratnya? Padahal kalo menurut para aktivis feminisme itu, perjuangan mereka masih panjang. Kesetaraan gender yang sebenarnya masih merupakan impian.

Aaaah buat saya, lebih baik saya tau dulu hak-hak saya itu apa aja. Baru nanti saya ikut memperjuangkan hak-hak saya yang masih dilanggar… hehehehe

Untungnya si hubby ngga pernah mengharuskan saya diam di rumah dan cuma masak (biar pun kalo manjanya lagi kumat, suka ngambek kalo saya ngga masak… gyahahahahahahaha…). Padahal kan pulang kantor ngga selalu fit yaaaaaaa…. 😛

Selamat merayakan hari Kartini sesuai dengan keyakinan masing-masing aja deh. Mau ikut lomba-lombaan, atau kayak saya yang hanya ingin berterima kasih karena beliau saya punya kesempatan sekolah sampe tinggi tanpa harus berpartisipasi di segala lomba-lomba (yang buat saya sampe sekarang masih ngga jelas maksudnya apa… hihihihi)


Keterangan Gambar:

di scan dari her famous book, “Door Duisternis ot Licht” – Habis Gelap, Terbitlah Terang

63 thoughts on “Tentang Hari Kartini”

  1. bukan cuma anak SD, sopir-sopir busway juga pake kebaya kok tadi (21/04)..Selamat hari Kartini, bangkitlah perempuan Indonesia !! — pake gaya orasi Soekarno

    Like

  2. Ingat ! Semangat dan perjuangan Kartini tidak hanya menjadikan kaum wanita harus bersekolah tinggi tapi wanita harus visioner,mandiri dan berahlak baik.
    “Trima kasih Ibu….. atas jasa-jasamu”
    Slamat Hari Kartini.

    Like

  3. Aaaah buat saya, lebih baik saya tau dulu hak-hak saya itu apa aja. Baru nanti saya ikut memperjuangkan hak-hak saya yang masih dilanggar… hehehehe

    kewajibannya ndak mau tau, chie? :mrgreen:

    Like

  4. tepatnya..Kartini pejuang emansipasi wanita jawa…
    karena jauh sebelum itu.. di Aceh sudah banyak panglima perempuan yg hebat, mereka sudah belajar politik,teknik perang,ilmu alam, kelautan dan lain-lain
    duh kok jadi bahas isi blog sendiri 😀

    Like

  5. yang namanya aslinya Harum bukan Kartini, tapi ibunya 😛
    —ikut2an dudul mode : on — 😀

    jujur walau gw mengagumi Ibu Kita Kartini –klo nyebut kartini doang ga sreg rasanya– tapi gw gatau klo beliau mati muda –25 taun– dan baru tau kmaren penyebabnya knapa.

    dan sampe skarang blom baca bukunya 😦

    chic mau ngasih mungkin –ngarep– 😛

    Like

  6. Kelepon_menulis………………

    Kartini pahlawanku
    Sekarang kami rela berkorban
    Di etalase emper toko
    Di dalam televisi
    Sampai di kaki gunung nan sepi

    Kami rela dijilati
    demi masa depan kami
    yang juga belum pasti

    ———————————————

    Diatas adalah sajak Kartini dari perspektif laki-laki. Menarik sekali untuk
    dikaji. Bisa dibandingkan dengan puisi kartini dibawah lagi (dari perempuan ?).
    Jika tertarik, mari berdiskusi. 🙂

    Salam hangat,

    -indah-

    Balada Kartini (kita ?)
    Dalam Realita
    Sajak Esito *

    Anak desa puteri penggarap lahan upahan
    Ingin berlaku seperti gadis kaya puteri juragan beras

    Puteri juragan beras kaya berlaku aneka gaya
    Ingin terlihat seperti anak remaja kota Kabupaten

    Gadis kota kabupaten ingin punya barang aneka warna
    Biar setara dengan anak bupati baru pulang dari ibukota

    Anak bupati ingin berdandan menor
    Biar disangka setara dengan gadis metropolitan Ibukota

    Gadis ibukota puaskan syahwat akan barang
    Ingin terlihat berbudaya seperti barat sana

    Dan begitulah,…realita dari calon perempuan yang dari rahimnya akan lahir
    penerus bangsa

    Puteri petani penggarap lahan upahan
    Lacurkan diri di tengah sopir oplet desa, sehari tiga kali
    Uang dapat sedikit beli baju norak disuka
    Lama melacur, Ia bunting

    Puteri juragan kaya
    Jula tubuh di kota pada tauke-tauke toko kelontong, sehari full lima kali
    Duit segepok, beli handphone buat sensasi
    Terakhir karena sering dipake, dikabarkan Ia hamil muda

    Anak Bupati
    Jajakan diri dari hotel kelas kambing sampai kambing kelas hotel ibukota
    Fulus melimpah ruah, Ia beli kendaraan dengan itu
    Ia pun bunting, tapi tak punya orok
    Karena udah ngerti gimana cara aborsi

    Gadis ibukota
    Mengaku mahasiswi dan pramusaji di luar negeri
    Padahal ia telah escord lady, seminggu di booking untuk di kerjain
    Ia penuh ambisi kesetaraan gadis-gadis oriental
    Tapi ia tidak bunting
    Karena udah paham seluk-beluk alat kontrasepsi

    Dan begitulah, …realita dari calon orang-orang yang dari rahimnya akan lahir
    putera bangsa

    DOOR DIUTERNIS TOT LIGHT ?
    Hanya tinggal puing kata-kata tak bermakna
    Estelle Zeehendelar tiada lagi kan bersaksi
    E.C Abendanon apalagi
    Mereka sudah mati seperti Kartini

    Realitas perempuan saat ini melebihi batas tembok terlarang
    Tidak lagi merupakan gambaran harapan Kartini
    Melalui surat Kardinah kepada Soesalit pada tahun 1920

    Depok, 18 Agustus 2004
    -Esito-

    * Esito, penulis lepas, berasal dari Sumatera Barat. Cepennya pernah beberapa
    kali mampir di Kompas. Buku pertamanya Negeri Ke Lima baru satu tahun lalu di
    luncurkan. Sajak ini diambil dari ”Kudeta ” sebuah buku yang tidak akan pernah
    di terbitkan.

    Like

  7. hehe..

    masyarakat kita emang terlalu mengedepankan simbol..

    saya ngakak pas tau para sopir baswe itu disuruh pake kebaya lengkap dengan jariknya. ketika ditanya, salah seorang ibu sopir bilang agak kesusahan..

    lah? maksudnya apa? la kalo gara2 itu kain, trus si sopir salah injek rem ma gas, trus gimana?

    aneh-aneh!

    oiya, sudah pernah dengar tentang sejarah Hari Ibu? rasanya Hari Ibu itu “lebih penting” dan “lebih nyata” daripada Hari Kartini..

    cuma pada salah kaprah.. dimana hari itu hari untuk “para ibu”.. heheh

    ah tapi tetep saja.. kebanyakan simbol.. 😀

    Like

  8. salam..

    Untungnya si hubby ngga pernah mengharuskan saya diam di rumah dan cuma masak..

    wah si hubby itu sdh memahami betul emansipasi wanita ya.. kamunya mah dudul:D

    *ngumpet*

    Like

  9. Selamat Hari Kartini…

    moga kalo di sekolah tetep ceew yang pake kebaya..
    coba cowok yang pake kebaya..kan aneh gitu…
    wanita Juga Ingin diMngerti

    Regards
    zerO

    Like

  10. napa cuman Kartini? heheh karena kebetulan hanya dia yang celeb waktu itu 🙂
    lagian nanti klo banyak, kan susah nyanyinya..

    Ibu Kita Kartini, Cut Nyak Dien, dan kawan2
    Putri sejati.putri indonesia…….

    Like

  11. Eh serius kemarin ntu hari Kartini? wa.. kampus gw kok sepi” ga ada acara yaa.. pantes di gramed pada pake kebaya.. >.< btw.. met knal yah dari sayah… 😀

    Like

  12. Hari Kartini ya?
    sebagai perempuan, mengingatkan betapa senangnya bisa hidup di masa sekarang.
    bayangin aja klo gw hidup jamannya Ibu Kartini, wualahh..seru apa tersiksa ya…whatever lha..
    Btw, “Ibu Kartini, thanks buat jasa2 mu..”

    Like

  13. ya, begitulah orang kita. cuma suka kulitnya doang. bentuknya ya itu tadi: pake kebaya, ngrangkai bunga, lomba masak yang dilaksanain setahun sekale. di luar itu: ya pake celana panjang, ngacak-acak taman, beli lauk di luar.

    Like

  14. met hari kartini ya buat para wanita ::::::: 🙂

    waduhhhh jadi kangen sama mamah Qu >>.>>?????

    klw kita samakan ibu kartini degan ibu saya sendiri pasti sama kenapa????cuma bedanya ibu saya kg seperti ibu kartini tp ya menurut w sama soalnya dia yg merjuangin hidup w dari kecil sampe w gede……

    maju terus para wanita……….!!!!!!

    Like

  15. Saya merayakan hari KArtini sebagai tanda saya merayakan cita-cita beliau. Saya perempuan yang tradisional, konservatif, tapi tidak membuat saya jadi terbelakang dalam banyak hal. Kartini kan juga pasti ga mau kalo kita sebagai perempuan meninggalkan kodrat keperempuanan kita ya?

    Like

  16. wah saya terlambat kasih komen, soale ya juga baru mampir..he..he..Salut buat postingan ini. ia mengingatkan buku yang pernah saya baca “surat-surat Kartini tentang bangsanya”.

    salam, Triyono

    Like

  17. aq paling males dah klo hari kartini dulu waktu eSDe….

    tapi syukur cuma disuruh pake pakaian adat laki2….

    coba disuruh pake konde ama kebaya?????

    (wah, orang yang liat gw kaya gitu bisa mati berdiri)…..

    Like

  18. Met hari kartini perempuan-perempuan perkasa, jadikan emansipasimu peluang untuk kemajuanmu. bukan turut menindas tapi melengkapi dan tetap melindungi….
    Jayalah Lembaga Pengembangan Studi dan Advokasi Perempuan (LPSAP) PMII Rayon tarbiyah kom. Walisongo Semarang

    Like

  19. Suka2 panitia lh mo bikin lomba apa, yg pasti msh mengingat dan menghargai hari kartini, g cuma gerutu & protes. knp kamu g buat aja acara perlobaan utk hr kartini yg menurut kamu lbh co2k.. pasti kra kamu tak punya jabatan & kemampuan utk lakukannya kn?!…kwkwkw…

    Like

Leave a comment